SUSAH NGOMONG I LOVE YOU
>>>Putri Raflessia<<<
Ardan mengambil nafas panjang. Ponselnya ia jauhkan dari
dirinya supaya Rea tidak mendengar suara nafasnya. Bukan karena dia keceplosan
mengucapkan kata sayang kepada Rea. Tetapi lebih kepada dia sedang menata hati
setelah mengucapkan kata sayang itu. Kemudian dia tersenyum karena seakan
melihat ekspresi Rea yang melotot, bingung, dan mulutnya manyun.
“Apa? Maksudnya?”
“Maksudnya apa?” Ardan selalu saja berpura-pura lupa dengan
kata yang dianggap Rea penting. Dia selalu saja berhasil memutar-mutar kata
hingga Rea sebel.
“Kata…itu, yang barusan kamu katakan.”
“Udah malem ayog tidur yok” bagi Ardan sekarang Rea sudah
mulai mampu membuatnya tak berkutik. Rea mulai tidak menghiraukan Ardan yang
memutar-mutar kata-katanya. Dia tersenyum mendapati Rea yang semakin penasaran.
“Nggak…nggak mau.”
“Aku ngantuk lho, besok harus masuk pagi.”
“Nggak…nggak mau…jawab dulu pertanyaanku!!!” Rajukan Rea
selalu saja membuat Ardan tersenyum. Pernah sekali dia mengucap Rea itu lucu,
hanya karena suara rajukan Rea.
“Apa sih sayang? Yank…yank…yank…” Ardan kembali menggoda
Rea. Dia bahkan tau gadis di seberang sana hatinya sedang mencak-mencak
gara-gara godaannya. Ardan memang mulai menyayangi gadis yang rela menelfonnya
itu, gadis yang selalu saja perhatian padanya, gadis yang selama setahun ini
mendekatinya.
“Kenapa kamu panggil aku sayang terus sih?”
“Iya oke…apa sih Dek…Adeeek…Adeeek….apaaa?” Ardan mengubah
panggilannya kepada Rea. Meskipun Rea nggak bakalan marah karena panggilan itu
tetapi Ardan tidak ingin rasa sayangnya benar-benar diketahui Rea.
“Kenapa cowok gampang banget ngucapin kata sayang?”
Ardan hanya menimpali pertanyaan Rea dengan senyuman
“Ya udah kalau nggak mau jawab, cepetan bobo’ masku sayang.”
Terdengar sekali Rea ikut-ikutan menggoda Ardan “Tuh ‘kan
cewek juga mudah banget ngucapin sayang.”
“Saya ‘kan ketularan kamu.”
“Tapi sebenarnya sayang nggak?”
Ardan memastikan perasaan Rea. Baru sekali ini Rea
memanggilnya sayang dan itu lebih terdengar sebagai candaan. Pertanyaan itu
tidak menghasilkan jawaban yang ingin ia dengar. Gadis di seberang sana hanya
diam. Ardan menunggu kalimat yang muncul dari mulut yang suka berceloteh itu
tetapi tak kunjung ada. Sepi…diam…bisu.
“Kok nggak dijawab. Kamu ‘kan sudah pernah bilang sayang
sama aku.” Ardan terpaksa kembali memancing Rea
“Kapan?”
Ardan segera menjauhkan ponsel dari telinganya karena
teriakan Rea.
“Dulu.” Jawaban datar keluar dari mulut Ardan.
“Nggak pernah, aku nggak pernah bilang dengan mulutku kalau
aku sayang sama kamu.”
“Memang nggak pernah bilang Dek. Tapi saya tahu dari sikap
kamu.”
Ardan mulai nggak mengerti dengan dirinya. Malam ini dia
terlalu sedikit jujur dengan perasaannya
“Kenapa bilangnya saya pernah ngomong sayang?”
“Bener ‘kan? Kamu sayang aku?”
“Perasaanmu sendiri bagaimana?”
Ardan tidak menanggapi pertanyaan Rea “Kamu tidak pernah
ngomong Aku sayang kamu atau aku cinta kamu, padaku. Tapi aku tahu.”
Ardan sama sekali tidak mendengar jawaban dari mulut Rea.
Lagi dia mencoba menebak sikap Rea. Mungkin Rea sedang berfikir, tak mampu
berkata bohong, atau ada alasan lain dia diam. Ardan meneruskan kembali
ucapannya.
“Kalau cinta itu ngomong Dek, kalau sayang itu juga ngomong.
Jangan disimpen.” Ardan seakan-akan sedang menasihati dirinya sendiri.
Dia benar-benar belum memantapkan hatinya untuk mengucapkan
cinta terlebih dahulu kepada Rea. Meskipun dia sudah sangat yakin kalau gadis
itu mencintainya. Jauh sebelum mereka berpisah tempat kerja karena waktu magang
Rea berakhir. Memang mengucap I Love You tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Kediri, 21 Desember 2013
Curcol pol iki :P
BalasHapusBelum Pol kok. Hanya sebatas cuplikan yg dibumbui dengan perasaan penuh cinta.
HapusKangen kamu Kak :*