Selasa, 30 Agustus 2011

ANTARA MBOK-KU, MBOK-MU, DAN MBOK-NYA

ANTARA MBOK-KU, MBOK-MU, DAN MBOK-NYA
>>>Putri Raflessia

Kalau tidak salah, ini berarti belum tentu valid, kejadian ini terjadi pada saat aku belum tinggal di Surga sebelum aku lahir ke dunia (belum direncanakan oleh Allah).
Zaman dahulu kala ketika Televisi masih langka, motor scooter adalah motor yang sangat paling terbagus sekali, ketika dokar (andong) masih sangat digemari, saat pohon-pohon belum jarang kaya’ sekarang ini, saat rumah kebanyakan masih bertembok anyaman bambu (baca: gedek), saat orang masih punya sawah berhektar-hektar (bagi yang kaya)…ya pokoknya saat itulah bisa ngebayanginkan itu zaman tahun berapa? Yang jelas ini bukan zamanku…ini zaman mb0k-ku, mbok-mu, dan mbok-nya.
Kalau kamu ngebayangin hidup di zaman dahulu itu nggak enak karena semua serba kagak ada, internet nggak ada, televisi jarang, gedung bioskop 1000:1, pokoknya serba nggak lengkap macam sekarang memang bener sih kalau dipikir-pikir apa enaknya? Kagak ada pesbuk, tuiter, mbah gugel, yahoo, lan sapanunggalane. Akan tetapi itulah yang membuat antik plus nggak akan terlupakan. Kesederhanaan masa lampau, atau mungkin lebih tepatnya kekurangan di masa lampau membuat cerita yang patut untuk diceritakan dari generasi ke generasi.
Orang Jawa zaman dulu kalau memberi nama anak pasti Jawanya kelihatan dan akan sama nama depannya dari beberapa anaknya. Misalnya mbahku yang punya anak 15 orang dan 7 diantaranya cowok. 5 orang cowok mendapat awalan nama su, sedangkan yang cewek ada beberapa berawalan War dan ada beberapa berawalan Sri. Wuuuih anaknya banyak banget ya???ckckckckckc
Antara mb0k-ku, mbok-mu, dan mbok-nya ini menceritakan ketiga Sri dalam keluarga besar ini. Sri Untari, Sri Utami, Sri Hartatik masing-masing adalah anak ke 13, 14, dan 15. Ketiga anak ini zaman dahulu adalah seorang anak tetapi kini sudah menjadi mbok (baca: ibu). Mereka bukan dari keluarga yang miskin…kin…kin….keluarganya cukup berada dan terkenal. Rumahnya tidak berdinding gedek tapi rumah besar dengan pilar besar (omah zaman belanda) tapi tetap saja tidurnya di atas tikar.
Ketika makan nasi akan dibagi oleh mbok mereka dan bagi yang terakhir ngambil bagiannya nasi akan sangat sedikit karena kakak laki-laki yang rakus yang menjumput nasi itu sedikit demi sedikit, celakanya ketiga Sri selalu mendapat apes. Anak bungsu memang selalu dapat sisa, kakak-kakaknya dapat sepeda bungsu tak dapat karena uang mbok telah habis. Pernah suatu ketika ketiga Sri ingin sekali meminum es dan merengek pada sang mbok.
“Mbok aku tukokno es” (mbok belikan saya es) mereka bertiga merengek sampai ingus keluar tapi kocek juga nggak keluar dari BeHa mbok.
Semalaman ketiga Sri merengek…
Sri Untari bagian mengucapkan kata “MBOK”
Sri Utami bagian mengucapkan kata “AKU TUKOKNO”
Sri Hartatik bagian mengucapkan kata “ES”
Selesai mengucapkan kata bagiannya mereka menunjuk giliran yang lain sampai menghasilkan irama “Mbok Aku Tukokno Es…Mbok Aku Tukokno Es…” kata-kata inipun diulang sampai semalaman sambil menangis tapi es juga tak kunjung diberikan. Ini yang keterlaluan mbok-nya atau nasib yang mempermainkan kehidupan Sri sebagai manusia yang memuja es lilin pada saat itu…hehe
Ini mungkin adalah hidup yang sangat tidak enak yang dirasakan ketiga mbok (ketiga Sri) tetapi cerita yang bisa bikin perut kocak dan air mata keluar karena tertawa terpingkal-pingkal menjadi cerita yang sangat berkesan. Saat ini jangankan es lilin, es krim pun dijabanin beli!!! Dulu bersatu buat merengek sekarang mereka tertawa ngakak ketika mengingat hal itu.
Antara mb0k-ku, mbok-mu, dan mbok-nya. Kini di suasana lebaran mereka bertemu dan bener-bener nosTalGILA masalah “Mbok Aku Tukokno Es” kata yang dijadikan music untuk merengek ckckckckck…..sekarang beli aja sendiri ya mbok!!!toh sekarang udah pada jadi BOZZ sekalian aja beli pabrik esnya….!!!!!Ayo siapa mau es????
Kebersamaan memang membuat hidup yang tak enak menjadi sedikit enak, hidup yang sedikit enak menjadi enak dan begitu seterusnya!!!.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar