Selasa, 30 Agustus 2011

ANTARA MBOK-KU, MBOK-MU, DAN MBOK-NYA

ANTARA MBOK-KU, MBOK-MU, DAN MBOK-NYA
>>>Putri Raflessia

Kalau tidak salah, ini berarti belum tentu valid, kejadian ini terjadi pada saat aku belum tinggal di Surga sebelum aku lahir ke dunia (belum direncanakan oleh Allah).
Zaman dahulu kala ketika Televisi masih langka, motor scooter adalah motor yang sangat paling terbagus sekali, ketika dokar (andong) masih sangat digemari, saat pohon-pohon belum jarang kaya’ sekarang ini, saat rumah kebanyakan masih bertembok anyaman bambu (baca: gedek), saat orang masih punya sawah berhektar-hektar (bagi yang kaya)…ya pokoknya saat itulah bisa ngebayanginkan itu zaman tahun berapa? Yang jelas ini bukan zamanku…ini zaman mb0k-ku, mbok-mu, dan mbok-nya.
Kalau kamu ngebayangin hidup di zaman dahulu itu nggak enak karena semua serba kagak ada, internet nggak ada, televisi jarang, gedung bioskop 1000:1, pokoknya serba nggak lengkap macam sekarang memang bener sih kalau dipikir-pikir apa enaknya? Kagak ada pesbuk, tuiter, mbah gugel, yahoo, lan sapanunggalane. Akan tetapi itulah yang membuat antik plus nggak akan terlupakan. Kesederhanaan masa lampau, atau mungkin lebih tepatnya kekurangan di masa lampau membuat cerita yang patut untuk diceritakan dari generasi ke generasi.
Orang Jawa zaman dulu kalau memberi nama anak pasti Jawanya kelihatan dan akan sama nama depannya dari beberapa anaknya. Misalnya mbahku yang punya anak 15 orang dan 7 diantaranya cowok. 5 orang cowok mendapat awalan nama su, sedangkan yang cewek ada beberapa berawalan War dan ada beberapa berawalan Sri. Wuuuih anaknya banyak banget ya???ckckckckckc
Antara mb0k-ku, mbok-mu, dan mbok-nya ini menceritakan ketiga Sri dalam keluarga besar ini. Sri Untari, Sri Utami, Sri Hartatik masing-masing adalah anak ke 13, 14, dan 15. Ketiga anak ini zaman dahulu adalah seorang anak tetapi kini sudah menjadi mbok (baca: ibu). Mereka bukan dari keluarga yang miskin…kin…kin….keluarganya cukup berada dan terkenal. Rumahnya tidak berdinding gedek tapi rumah besar dengan pilar besar (omah zaman belanda) tapi tetap saja tidurnya di atas tikar.
Ketika makan nasi akan dibagi oleh mbok mereka dan bagi yang terakhir ngambil bagiannya nasi akan sangat sedikit karena kakak laki-laki yang rakus yang menjumput nasi itu sedikit demi sedikit, celakanya ketiga Sri selalu mendapat apes. Anak bungsu memang selalu dapat sisa, kakak-kakaknya dapat sepeda bungsu tak dapat karena uang mbok telah habis. Pernah suatu ketika ketiga Sri ingin sekali meminum es dan merengek pada sang mbok.
“Mbok aku tukokno es” (mbok belikan saya es) mereka bertiga merengek sampai ingus keluar tapi kocek juga nggak keluar dari BeHa mbok.
Semalaman ketiga Sri merengek…
Sri Untari bagian mengucapkan kata “MBOK”
Sri Utami bagian mengucapkan kata “AKU TUKOKNO”
Sri Hartatik bagian mengucapkan kata “ES”
Selesai mengucapkan kata bagiannya mereka menunjuk giliran yang lain sampai menghasilkan irama “Mbok Aku Tukokno Es…Mbok Aku Tukokno Es…” kata-kata inipun diulang sampai semalaman sambil menangis tapi es juga tak kunjung diberikan. Ini yang keterlaluan mbok-nya atau nasib yang mempermainkan kehidupan Sri sebagai manusia yang memuja es lilin pada saat itu…hehe
Ini mungkin adalah hidup yang sangat tidak enak yang dirasakan ketiga mbok (ketiga Sri) tetapi cerita yang bisa bikin perut kocak dan air mata keluar karena tertawa terpingkal-pingkal menjadi cerita yang sangat berkesan. Saat ini jangankan es lilin, es krim pun dijabanin beli!!! Dulu bersatu buat merengek sekarang mereka tertawa ngakak ketika mengingat hal itu.
Antara mb0k-ku, mbok-mu, dan mbok-nya. Kini di suasana lebaran mereka bertemu dan bener-bener nosTalGILA masalah “Mbok Aku Tukokno Es” kata yang dijadikan music untuk merengek ckckckckck…..sekarang beli aja sendiri ya mbok!!!toh sekarang udah pada jadi BOZZ sekalian aja beli pabrik esnya….!!!!!Ayo siapa mau es????
Kebersamaan memang membuat hidup yang tak enak menjadi sedikit enak, hidup yang sedikit enak menjadi enak dan begitu seterusnya!!!.



Senin, 29 Agustus 2011

KAGAK KOMPAK

Kagak Kompak
>>>Putri Raflessia

Ini lucu...orang lebaran umat kok kagak sama sih waktunya? ada yang tanggal 29 Agustus 2011 udah lebaran, ada yg tanggal 30 besok, dan kayaknya bakalan ada yang tanggal 31 lusa. hehehehe.... semua orang bingung mau ikut yang mana. dan yang jelas kalo aku bakalan ikut pemerintah karena mereka yang telah kita pilih untuk memimpin. Kapan bersatunya kalau selalu saja berbeda pendapat terus-terusan? Tapi itu urusan individu sih (baca: kagak maksa). Tapi bener-bener kagak kompak ya kalau emang mikirin urusan individu aja. Di tempatku duduk saat ini bahkan aku g ngedenger gema terawih dan belom ada gema takbir (mungkin saja masih nunggu keputusan pemerintah...ini mungkin lho)
Saya mah santai saja kalo besok bakalan masih puasa saya esok dini hari harus MAKAN SAHUR...tapi kalau besok bakalan lebaran saya juga udah siap-siap nyetrika baju malam ini (baju buat shalat harus rapi sob!). ya semoga aja ketidak kompakan ini akan segera berakhir...AMIN YA ALLAH!!!!

Jumat, 26 Agustus 2011

JENENG>>>NAMA

Jeneng alias Nama

hahaha....maaf sebelumnya kalau ini menyinggung pihak-pihak tertentu tapi sumpah lucu...
Jeneng di pesbuk yang saya lihat hari ini bener-bener bikin ngakak...nggak masalah sih sebenarnya toh banyak orang yang ngubah namanya menjadi jauh lebih lucu n gaul menurut mereka seperti saya IREA ZARAZEE RAFLES>>>asal mulanya nama panggilan saya itu ira...sisipen 'e' biar agak mbois kemudian karena ngefans sama zai-zai jadi ada nama zara di tengah-tengah untuk zee biar asik aja dibaca, terus rafles itu memang namaku yang asli kagax boong!!!SUMPAH
Naaaa kembali ke nama di pesbuk yang saya bilang lucu yaitu nama SRI yang berubah jadi CRIE...ihh wooow...ini karena lebay ato memang di aktanya udah diganti. Untung saja dia bukan teman saya atau bahkan temannya teman saya yang jauh lebih suka ngritik yaitu inisial UH... pada awalnya biasa aja liat tu nama, tapi waktu ngeliat pesan dinding dari temannya aku langsung berencana ngegosip sama UH... hadeeeh maaf ya yang udah aku gosipin!!! maaf beneran lho mba sri...beneran lho saya minta maafnya!!!hahahahaha

Kamis, 25 Agustus 2011

PENYAKIT GILA ANAK KOS

Penyakit Gila Anak Kos
>>>Putri Raflessia

Penyakit gila anak kos yang satu ini disebabkan rasa kangen atau kehabisan uang. Kalau udah lama nggak pulang pengennya pulang melulu dan ketika esok hari mau pulang anak kos akan gila bukan main. Gila di sini dalam arti nyanyi g jelas, setiap saat teriak-teriak aku besok pulang, menghitung berapa jam lagi mau pulang, dan lain lain, dan lain lain.
Apalagi kalau semua anak di kos-an mulai sepi dan tinggal beberapa biji yang tinggal. Duuuuh...kesepian yang menjadi-jadi membuat penyakit gila ini bisa kambuh kapan saja. Hal ini didasarkan atas pengalaman dan juga pengamatan.

Jangan diambil hati dengan kata gila karena sesungguhnya itu alhamdulillah ya!!!Sesuatu

Selasa, 09 Agustus 2011

SANGKAR EMAS

Sangkar Emas
>>>Putri Raflessia

Aku hanya duduk terdiam di bangku kayu sambil mengamati sekelilingku siang itu. Kulihat banyak hal yang sebelumnya tak dapat kutemui dalam indahnya kamarku yang selalu membuat iri temanku saat mereka melihatnya. Kini aku melihat senyum seorang nenek yang sangat bahagia sambil memegang syalnya, mungkin pemberian seseorang yang sangat berarti baginya. Kulihat seorang gadis yang menangis tersedu dipeluk oleh seorang lelaki yang usianya tampaknya sebaya atau lebih tua beberapa tahun dari gadis itu. Kulihat pula seorang kakek yang tertidur dengan pulasnya di bangku taman, dilihat dari bajunya yang bagus dia bukanlah seorang gelandangan yang sering aku lihat dari layar persegi di dalam kamarku, meskipun wajahnya penuh sayatan waktu namun dia bersih, wajahnya putih, dan kelihatan sangat bijaksana. Ada juga anak-anak yang bermain pasir di bak pasir, ibunya hanya senyum-senyum kelihatannya ia ikut senang jika anaknya juga senang namun aku ada seorang ibu yang memarahi anaknya habis-habisan karena bajunya sangat kotor.
Ternyata kenyataan itu ada dan hal ini lebih membuatku yakin akan hidup yang penuh warna. Ternyata yang namanya bunga liar itu ada, ternyata banyak orang selain diriku yang tinggal di dunia ini, dunia yang diciptakan oleh Tuhan. Kemudian aku teringat akan masa-masaku di dalam sangkar emas yang dinamakan sebuah kamar. Setiap hari rasanya sama saja, aku hanya melihat senyum, tangis dan semuanya lewat layar kaca yang bagiku dahulu adalah sebuah barang yang sangat berharga karena memberiku banyak informasi mengenai dunia di luar sangkarku yang disebut sebagai kamar.
“Non makan dulu!” Ini adalah perkataan mbok Jah, pembantu rumah tangga di rumahku yang selalu menemaniku dan meladeniku sesuai dengan keinginanku. Aku tersenyum sekilas pada mbok Jah kemudian merenggut baki makanan dari tangannya.
“Terimakasih ya Mbok! Selama ini sudah menemaniku. Aku tidak tahu dengan cara apa harus berterima kasih,” kemudian aku mengecup pipi simbok.
“Ini kan memang sudah tugasnya Simbok, meladeni Non Mila. Itu sebabnya Simbok dibayar kan Non? jadi Non tidak perlu sungkan atau berterima kasih secara berlebihan!”
“Bagiku simbok adalah segalanya, mungkin lebih daripada Mama dan Papa….” Belum selesai aku berbicara simbok langsung menyahut.
“Huus…non ini ngomong apa sih? Masa’ mama dan papa dibandingkan dengan Simbok!” Simbok menempelkankan ujung telunjuknya di bibirnya.
“Ya Mbok, Mbok yang mampu menggambarkan dunia di luar sangkar ini seperti apa, Mbok dapat memberi tahuku ekspresi-ekspresi orang yang ada di layar kaca itu, simbok memberi tahuku ekspresi marah, bahagia dan sebagainya, juga memberi tahu tentang apapun yang ada di luar sana. Ya setidaknya Mama dan Papa telah menggaji simbok untuk menemaniku.” Simbok hanya tersenyum simpul, kemudian meninggalkan diriku sendirian untuk makan.
*****
Aku yang dahulu berbeda dengan diriku yang sekarang. Kamar seorang putri yang lengkap dengan segala fasilitasnya, ranjang berenda, televisi, kulkas, laptop, lemari yang penuh dengan pakaian indah dan segalanya telah aku tinggalkan. Bagiku meskipun sebuah sangkar emas, tetap saja adalah sebuah kurungan yang membuat diriku terbelenggu di dalamnya. Meski udaranya adalah udara wangi parfum, namun tetap saja pengap bagi dadaku, meskipun hiasannya bak kamar putri namun tetap saja hanya seperti rumah kardus milik anak jalanan yang aku lihat dalam layar kaca. Aku sangat bahagia dapat meninggalkan sangkar dan segala isinya yang ada di dalamnya. Aku senang bisa merasakan tetes embun di pagi hari. Aku senang bisa melihat orang-orang yang banyak. Aku senang melihat senyum yang nyata, marah yang nyata, semua hal yang nyata yang terdapat di dunia yang disebut bumi ini.
Kebahagiaan yang kurasakan ini memang baru saja datang, sebelumnya aku sangat bersedih melihat kenyataan bahwa aku harus pergi meninggalkan simbok, mama dan papa. Apalagi melihat mereka meneteskan bulir air mata di tanah berumput hijau yang banyak terpasang patokan bertuliskan nama-nama yang aku sendiri tidak mengenalnya. Aku melihat semuanya prosesi itu yang dibarengi dengan banjir air mata dari anggota keluargaku tak terkecuali simbok. Rasa sakit yang amat pada dadaku namun kini berubah jadi bahagia karena bagiku itu semua tidak perlu berkepanjangan,, toh kini aku telah mendapatkan kebahagiaan.
*****
Aku tidak pernah melihat simbok menggerutu saat merawatku, merawat anak yang penyakitan. Aku tahu simbok tulus mendampingiku, sampai aku terbebas dari sangkar emas itu. dahulu aku sempat bertanya pada simbok…
“Mbok apakah dunia luar itu indah?”
“Tentu Non, tidak ada yang tidak indah ciptaan Allah itu.”
“Kapan ya aku bisa keluar, melihat ekspresi-ekspresi wajah yang nyata dan merasakan tetes embun dan semua yang ada di dunia luar?”
“Setiap masa pasti ada saatnya Non.” Kemudian simbok pergi meninggalkanku, mungkin dia tidak ingin aku bertanya yang macam-macam yang tidak dapat dia jawab dengan bijak. Simbok juga pernah mengatakan ada pertanyaan yang tidak mempunyai jawaban yang tepat untuk diberikan, mungkin karena itu pulalah Simbok memberi jawaban yang tidak pasti.
Setiap masa pasti ada saatnya, aku suka dengan kata-kata simbok itu. aku telah sampai pada masaku, masa dimana aku terbebas dari sangkar emas yang megah namun tak mampu menatap dunia luar secara luas. Tuhan telah memberiku waktu untuk hidup dengan penyakit yang tidak pernah aku sesali dan Tuhan telah menempatkanku di tengah orang-orang yang menyayangiku, walaupun kini aku sampai di tempat penuh patokan itu aku juga tidak akan pernah menyesal.
Kini aku dapat merasakan kebebasan, menghirup udara yang segar, mencium harum bunga langsung dari pohonnya, melihat ekspresi seseorang secara langsung bukan dari layar kaca persegi lagi. Kulitku akan lebih bersinar ketika sinar matahari menghangatkannya, aku tidak perlu takut dengan sinar itu lagi. Sinar yang akan membuat aku mati dalam sekejap jika mengenaiku. Angin asli yang menerpa sering membuatku membandingkannya dengan AC dalam sangkar emasku.
Sangkar emas yang menampungku dan memberiku cerita dunia luar yang kini dapat kurasakan dengan nyata lewat diri yang telah mati.

Malang, Selasa 18 Mei 2010

BADAI MATAHARI

Badai Matahari
>>>Putri Raflessia

Barusan membaca berita mengenai waspada badai matahari. Badai matahari adalah fenomena antariksa. Badai ini akan berdampak pada peradaban manusia namun tidak sampai menghancurkan dunia (ini yang saya baca) semoga saja! Badai ini akan menimbulkan kemarau panjang dan tidak berfungsinya alat elektronik. Badai matahari diperkirakan mencapai puncak aktivitasnya pada tahun 2012-2015.
Hmmm pantesan akhir-akhir ini matahari ngobral panasnya! kita hanya bisa berdoa semoga tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Berita semacam ini akan membuat kita lebih mendekatkan diri kepada Allah. Semoga Allah selalu melindungi kita semua. Amiiiiin!!!!!!

Senin, 08 Agustus 2011

OPEN HAPPINESS


2PM>>>Open Happiness


Yeah ~

[TAEKYEON]Open up mini-coke coke break 2PM Let's Go

[NICKHUN]Cheo eum bon keusungan mideul su eopseosseo
Jeongmal kkamjjak nollasseo
Nansaeng cheo eum neykkyeobon
Hansungane peojineun aju haengbokan kibun

[JUNHO]Moduhamkke jjalritam kkeonaebwa
Jjaritameul dahamkke neukkyeobwa
Saero umeul yeoreobwa

[WUYOUNG]Jjaritameul dahamkke jeulgyeobwa
Haengbokameul modu chaewobwa
Baro jigeum isungan

[2PM]Open up Open up some happiness
Open up (jigeum isungan) Open up some happiness
Open up Open up some happiness
Open up Open up some happiness

[TAEKYEON]Eh Eh chameul suga eopseo dareun mueotdo daesinhalsu eopseo
I neukkim mwolkka cheo eum neukkyeoboneun I sungan
Jjaritamsoke hanbeon ppajyeobwa mideul su eopneun haengbokeul neukkyeobwa
Sesangi dwijiphineun gibun jeulgeo un ildeuri saenggilgeot gateun jigeum

[JUNSU]Keutorok wonhadeon perfect break
Baro uriga wonhaneun jjaritam
Kkeutnaejuneun kibuniya ijeya mannasseo
Biroso neukkyeosseo baro neoyeosseo

[JUNHO]Moduhamkke jjalritam kkeonaebwa
Jjaritameul dahamkke neukkyeobwa
Saero umeul yeoreobwa

[WUYOUNG]Jjaritameul dahamkke jeulgyeobwa
Haengbokameul modu chaewobwa
Baro jigeum isungan

[CHANSUNG]Moduga yeoreobwa keurigo narabwa
Hangsang jeulgeo ulgeoya urimanui sesangil geoya
Jakgo jjaritage jakjiman ganghage keutorok wonhadeon sesangi yeollineun sungan

[JUNHO]Moduhamkke jjalritam kkeonaebwa
Jjaritameul dahamkke neukkyeobwa
Saero umeul yeoreobwa

[WUYOUNG]Jjaritameul dahamkke jeulgyeobwa
Haengbokameul modu chaewobwa
Baro jigeum isungan

[2PM]Open up Open up some happiness
Open up (jigeum isungan) Open up some happiness
Open up Open up some happiness
Open up Open up some happiness

[2PM]Open up Open up some happiness
Open up (jigeum isungan) Open up some happiness
Open up Open up some happiness
Open up Open up some happiness

NGLABUHI TRESNA

Nglabuhi Tresna
diadaptasi dari cerpen Suara Tiga Hati karya K. Supadi Putra

SINOPSIS DRAMA
NGLABUHI TRESNA
Dewi Sekartaji nangis amarga rasa tresnane ditolak karo Panji Inukertapati. Sejatine wong loro iku dijodohake nanging Panji Inukertapati nolak amarga luwih tresna marang Dewi Anggraini. Sanajan bapake Panji Inukertapati ora seneng marang Dewi Anggraini amarga derajate ora padha nanging Panji tetep rabi karo Dewi Anggraini. Sawise rabi Panji Inukertapati entuk tugas kerajaan lan kudu ninggalake bojone sadilut. Nalika ditinggal karo Panji Inukertapati Dewi Anggraini dipateni karo Brajanata kang diutus karo bapake Panji Inukertapati, Prabu Lembu Amiluhur. Nalika balik saka tugase Panji duka banget amarga bojone mati. Panji Inukertapati banjur ngalih saka kerajaan lan ngembara. Ing pengembaraane Panji Inukertapati ketemu karo Panji Semirang kang sejatine Dewi Sekartaji.

PENOKOHAN
1. Panji Inukertapati : Setia, ganteng, lan gagah prakosa.
2. Dewi Anggraini : Kalem, rasa tresnane kuat, lan setia.
3. Dewi Sekartaji : Ayu, rasa tresnane kuat, lan bisa nglakuake apa wae kanggo rasa tresnane
4. Brajanata : Kaku, tega, lan patuh marang titah.
5. Panji Semirang : Duwe tata krama lan kalem.
6. Mbok Emban I : Kalem lan pinter ngerih-ngerih
7. Mbok Emban II : Manutan lan gampang wedi.
8. Prajurit : Tegak lan patuh marang dedarane.




Reka Adegan “NGLABUHI TRESNA”
Adegan 1
Pemain : Dewi Sekartaji lan Mbok Emban I
Panggonan : Taman Kerajaan
Sekartaji ngrangkul mbok Emban karo nangis. Slirane lara ati amarga Panji Inukertapati nolak anggone dijodohake karo dheweke. Mbok Emban lajeng nuturi Dewi Sekartaji supaya legawa anggone nampa kahanan kuwi. Piturtur saka mbok Emban kuwi digatekake karo Dewi Sekartaji nanging dheweke durung bisa nguwasai atine, dheweke isih terus nangis karo ngrangkul mbok Emban.
Adegan 2
Pemain : Panji Inukertapati, Dewi Anggraini, lan Prajurit kerajaan
Panggonan : Taman Kerajaan
Panji Inukertapati lan Anggraini kang uwis nikah, nglakoni urip kang tansah bungah. Karone mesti geguneman ing taman kerajaan, karo nyirami kembang-kembang ing kono. Nalika omong-omongan banjur teka prajurit kang gawa titah kanggo Panji Inukertapati.
Panji ngomong marang Anggraini menawa dheweke diutus kalian kerajaan kanggo ngelaksanakne tugas. Sanajan ora lila nanging Anggraini tetep ngeculne bojone amarga dheweke sadar yen iku kuwajibane putra mahkota.
Adegan 3
Pemain : Dewi Anggraini, Brajanata, lan Mbok Emban II
Panggonan : Taman Kerajaan
Dewi Anggraini kesepen nalika ditinggal karo bojone. Ora diduga Brajanata nemuni Anggraini kang ngalamun dhewean ing taman kerajaan, Brajanata gawa keris ing tangane. Anggraini kaget ketekan Brajanata. Brajanata banjur ngomong yen dheweke diutus mateni Anggraini. Dewi Anggraini ora gelem amarga isih tresna marang Panji Inukertapati lan kepingin urip bareng Panji Inukertapati. Nanging Brajanata meksa kudu nglakoni tugase. Brajanata lan Anggraini banjur royokan keris nanging Anggraini kalah lan mati ing tangane Brajanata.
Ora adoh tekan panggonan kono ana mbok Emban kang weruh yen Anggraini dipateni karo Brajanata. Mbok Emban amung meneng wae banjur ngalih wedi menawa dheweke uga bisa dipateni.
Adegan 4
Pemain : Panji Inukertapati, Dewi Anggraini,Brajanata,lan Mbok Emban II
Panggonan : Taman Kerajaan
Panji Inukertapati sawise nuntasne tugas kerajaan banjur balik ning kerajaan. Saktekane ing kerajaan dheweke lemes amarga ngeruhi Anggraini mati lan keris Brajanata isih mancep ing wetenge. Brajanata kang ngadhek ing sampinge Anggraini banjur ngomong yen Anggraini pengen mati kanggo nunjukake rasa tresnane marang Panji Inukertapati. Sawise ngomong mangkono Brajanata ngalih teka taman kerajaan ninggalake Panji Inukertapati lan mayite Anggraini.
Panji kang duka banjur nangis lan ngrangkul mayite bojone arep digendong mayite. Nalika Brajanata wis ngalih mbok emban kang ngerdi kedaden mau banjur metuki Panji Inukertapati lan crita sing mateni Anggraini sejatine Brajanata. Panji banjur nesu.
Adegan 5
Pemain : Panji Inukertapati lan Brajanata
Panggonan : Taman Kerajaan
Panji Inukertapati sing wis ngerti yen matine Anggraini amarga dipateni karo Brajanata banjur nyeret Brajanata ing Panggonan matine Dewi Anggraini. Panji Inukertapati perang tandhing karo Brajanata bales dendam anggone bojone mati. Ing perang iku Brajanata mati ing tangane Panji Inukertapati.

Adegan 6
Pemain : Panji Inukertapati
Panggonan : Alas
Panji Inukertapati lunga saka kerajaan sawise mateni Brajanata. Dheweke ora gelem ana ing kerajaan maneh amarga panggonan kuwi panggonane wong kang ngongkon mateni bojone. Dheweke mlaku ora ana tujuan. Panji Inukertapati isih duka banget amarga bojone wis mati. Dheweke nyesel anggone ninggal Dewi Anggraini akibate Anggraini dipateni.
Adegan 7
Pemain : Panji Inukertapati, Panji Semirang, lan Dewi Sekartaji
Panggonan : Taman Kerajaan
Ing pengembaraane Panji Inukertapati pethukan karo wong lanang kang ngaku jenenge Panji Semirang. Dheweke ngaku yen dheweke uga ngembara ing alas. Panji Inukertapati banjur kekancan karo Panji Semirang. Panji Semirang iku sejatine Dewi Sekartaji sing nyamar supaya bisa cedhak karo Panji Inukertapati.
Panji Inukertapati kang rumangsa cedhak karo Panji Semirang banjur cerita kahanan uripe lan alasane ngembara. Panji Semirang mesti maringi pitutur supaya Panji Inukertapati bisa nglilakna Anggraini kareben ayem ing alam kubur.
Samarane Sekartaji kebongkar nalika dheweke omong yen dheweke seneng marang Panji Inukertapati. Dewi Sekartaji ora bisa nutupi rasa ing jero atine saengga bukak samarane dhewe lan nawarake tresna marang Panji Inukertapati. Panji Inukertapati duka amarga durung bisa tresna marang Sekartaji. Sekartaji banjur nangis lan Panji Inukertapati ngrangkul Sekartaji kang nangis.




NGLABUHI TRESNA
Oleh: Putri Raflessia
ADEGAN 1
Kahanan taman kerajaan kang sepi nanging gawe miris ati amarga krungu suara tangise Dewi Sekartaji kang gemrengeng.
Mbok Emban I : Wonten punapa tha gusti ayu? Sakniki saben dinten kula mangertosi nangis boten mandheg-mandheg. Menawi panjenengan badhe crita supaya atinipun radhi sae?
Dewi Sekartaji : Mbok ngerti tha menawi Raden Panji Inukertapati punika nolak anggonipun dijodohke?
Mbok Emban I : Ngertos gusti ayu, mbok nggih ngertos menawi gusti Ayu tresna temenan kalian Raden Panji….
Dewi Sekartaji : Nggih perkara punika ingkang damel kula saben dinten nangis mbok! Kula kuciwa kalian Raden Panji amarga nolak jejodohan punika. Kula tresna mbok marang Raden Panji, punapa Raden Panji boten saget tresna marang kula?
Mbok Emban I : Gusti Ayu punika nggih sampun mangertos alasannipun Raden Panji nolak anggonipun dijodohaken kalih gusti Ayu tho?
Dewi Sekartaji : Nggih mbok, kula ngertos. Raden Panji sampun gadah pawitane ati, piyambake sampun tresna marang Dewi Anggraini dadosipun boten saget nrima jejodohan punika. Nanging…(Dewi Sekartaji ngrangkul mbok Emban banjur nangis maneh ora bisa nerusake omongane, suarane sing gemrengeng gawe sar-sir ning ati)
Mbok Emban I : (ngelus-ngelus rambute Dewi Sekartaji kanggo nunjuake rasa sayang) Gusti Ayu pun boten usah susah malih. Menawi Raden Panji boten jodohipun Gusti Ayu. Gusti Ayu kedhah ikhlas kalian keputusan punika, Gusti Allah iku mesti maringi ingkang paling sae kagem kita.
Dewi Sekartaji : Nggih mbok nanging kula dereng saget nguasai ati punika. Ati punika lara mbok…lara lan dereng saget nrima…
Suara tangise Dewi Sekartaji isih gemrengeng lan mbok Emban isih nuturi karo ngelus-ngelus rambute Dewi Sekartaji, gusti Ayune.

ADEGAN 2
Suara kricik-kricik banyu nambah kahanan romantis antarane Raden Panji Inukertapati karo Dewi Anggraini kang guneman ing taman kerajaan.
Panji Inukertapati : Garwaku Anggraini, ati iki rasane seneng banget amarga akhire kita bisa urip bebarengan lan dadi keluarga kang sah.
Dewi Anggraini : Nggih kakang Panji, kula nggih bungah saget dados garwanipun panjenengan. Tiyang ingkang kula tresnani kalian kula kasihi. Ngantos kula boten saget nggambarake rasa bungah punika.
Panji Inukertapati : Diajeng Anggraini semono uga rasa ing jero atiku ora bisa diungkapne maneh. Bisa sesandingan karo wong sing tak tresnani banget, ngalahke tresnane marang awakku dhewe.
Dewi Anggraini : (Mesem amarga bungah atine, nanging banjur malih dadi susah) Nanging Kakang Panji, Prabu dereng ngerestui anggonipun kita bisa sesandingan, kula taksih gadhah kuwatir menawa kaputusan punika salah.
Panji Inukertapati : Ora usah kuwatir Diajeng! Aku mesti ana ing sampingmu lan mesti tresna marang awakmu, ora bakal malih rasa tresnaku iki.
Panji Inukertapati ngrangkul Dewi Anggraini banjur mubeng-mubeng ing taman dheleng tanduran-tanduran lang sesawangan kang apik ing taman. Ora suwe ana prajurit kang teka marani Panji Inukertapati.
Prajurit : Sepuntenipun Raden Panji Inukertapati! Wonten warta damel Raden Panji.
Panji Inukertapati : Ana apa? Warta apa sing arep kok sampekne?
Prajurit : Warta punika nggih tugas saking Prabu Lembu Amiluhur. Prabu ngutus Raden Panji supados tindhak dateng kerajaan sabrang damel menuhi undangan saking mrika.
Panji Inukertapati : Apa kudu aku sing budhal mrana?
Prajurit : Nggih niki titah langsung saking gusti Prabu.
Panji Inukertapati : Ya wis yen ancene mengkono aku arep pamit marang garwaku. Awakmu enggala balik ing penggaweanmu!
Prajurit : Sendika dhawuh Raden (meninggalkan Panji Inukertapati dan Dewi Anggraini)
Panji Inukertapati : Diajeng Anggraini aku entuk titah saka rama Amiluhur…
Dewi Anggraini : Nggih kakang kula punika mireng babagan titah saking Rama Amiluhur
Panji Inukertapati : Ya…iku berarti yen aku kudu ninggalake Diajeng kanggo nglaksanaake tugas iku.
Dewi Anggraini : Nggih Kakang! Kula sadar menawi kakang kedhah sangguh nglaksanaaken tugas punika. Sinaosa sejatosipun kula ajrih menawi kakang tinggal, nanging kula kedhah ikhlas.
Panji Inukertapati : Aku amung sedela Diajeng lan enggal-enggal balik lan sesandingan karo Diajeng. Lilakno aku lunga!
Dewi Anggraini : Nggih kakang, kula mesti ngentosi kakang kalian dongaaken saking mriki
Panji Inukertapati : Matur nuwun Diajeng (ngambung bathuke Dewi Anggraini) aku pamit.
Dewi Anggraini ngeterke anggone bojone lunga kanggo nglaksanaake tugas kerajaan.
ADEGAN 3
Dewi Anggraini nyirami kembang-kembang ing taman kerajaan dikancani karo mbok Emban.
Dewi Anggraini : Rasane sepi atiku mbok ditinggal kakang Panji.
Mbok Emban II : Naminipun temanten enggal Gusti Ayu, kula mawon menawi ditinggal garwa kula nggih taksih krasa sepi kamangka sampun dangu sesandhingan
Dewi Anggraini : (mesem) Untung ana taman kang ngibur atiku iki mbok. Mbok…mbok…aku ngelak, nyuwun tulung panjenengan pendhetne toya ngombe nggih!
Mbok Emban II : Nggih gusti Ayu (ngalih ninggalake Dewi Anggraini)
Nalika mbok Emban ngalih Brajanata nemuni Dewi Anggraini kang dhewean ing jero taman kerajaan.
Dewi Anggraini :Kakang Brajanata! (swara kaget)
Brajanata : Anggraini, garwanipun adhiku Panji Inukertapati…
Dewi Anggraini : (deleng keris sing ana ing tangane Brajanata) punapa kakang? Punapa kakang, wonten punapa?
Brajanata : Sepurane Anggraini…aku diutus kalih Rama Lembu Amiluhur kagem….
Dewi Anggraini : Mateni kula? Kakang mbeta keris ing astanipun kakang, napa kakang badhene mateni kula?
Brajanata : Aku amung nglaksanaake titah saka Rama Lembu Amiluhur
Dewi Anggraini : Kula ngertos kakang. Ing kerajaan niki amung kakang Panji kalian mbok Emban mawon ingkang seneng kalih kula, sedaya boten seneng yen kula sesandhingan kalian kakang Panji. Nanging kula temenan tresna kalian kakang Panji, apa kakang tega mateni kula?
Brajanata : Sepurane Anggraini aku sejatine ngesakne marang awakmu nanging iki tugas kang kudu dilaksanaake.
Brajanata ngangkat kerise lan arep dincepne ing wetenge Anggraini nanging Anggraini nampani karo tangane karo jerit
Dewi Anggraini : Kakang!!! Tulung kula boten kepingin pisah kalih kakang Panji. Sinaosa derajat kula kalih kakang Panji boten sami nanging kula tresna temenan kakang.
Brajanata : Sepurane Anggraini!
Dewi Anggraini karo Brajanata royokan keris. Dewi Anggraini nangis nanging tetep ngroyok keris Brajanata. Mbok Emban kang deleng kadaden iku saka adoh amung mingkem ora wani omong. Ing pungkasan keris iku mancep ing wetenge Anggraini, Mbok Emban mlayu ora tega delok.
Dewi Anggraini : (swara setengah mati) Kakang sinaosa kula mati, kula taksih tresna marang kakang Panji lan rasa iki boten nate mati. (mati)
ADEGAN 4
Panji Inukertapati mlebu ning taman kerajaan banjur kaget meruhi Anggraini gletak ing lemah lan ora ambegan.
Panji Inukertapati : Diajeng Anggraini…!!!! Ana apa karo awakmu Diajeng? Wonten napa niki kakang Brajanata? Wonten napa? Napa panjenengan ingkang mateni Diajeng Anggraini, sesandhinganku?
Brajanata : Ora adhi!......
Panji Inukertapati : Ana apa karo Diajeng Anggraini? Wonten napa kakang? Diajeng Anggraini sakmenika sampun boten ambegan kakang. (jabut keris saka wetenge Anggraini) lan niki….niki! kerisipun kakang Brajanata, leres tha? Kakang ingkang mateni diajeng Anggraini?
Brajanata : Ora adhi!...
Panji Inukertapati : Terus…? Terus…? Niki napa kakang? Niki bukti kakang!
Brajanata : Aku bisa jelasne adi…
Panji Inukertapati : Napa kakang? Pripun diajeng Anggraini bisa seda?
Brajanata : Aku mau teka ing kene amung guneman karo adi Anggraini. Nanging dheweke weruh-weruh ngomong yen dheweke ora pingin gawe pecahe seduluran antarane kowe karo Rama Lembu Amiluhur, aku ya ora ngerti, kamangka aku ora nyebut masalah iku. Weruh-weruh dheweke jabut keris saka sarung ing bangkeanku banjur ditancepake ing wetenge….
Panji Inukertapati : Ora mungkin! Diajeng Anggraini ora mungkin ninggalake aku. Ora mungkin kakang! (ngampiri mayite Anggraini lan ngrangkul mayite)
Brajanata ngalih ninggalake mayite Anggraini lan Panji Inukertapati ing taman kerajaan. Sawise Brajanata ngalih, mbok Emban nemuni Panji Inukertapati kang isih nangis ing sandhinge Dewi Anggraini.
Mbok Emban II : Raden Panji!
Panji Inukertapati : (kaget) mbok!
Mbok Emban II : Sampun Den! Enggal dipunsareaken mawon gusti Ayu!, pun boten sah dados tangis
Panji Inukertapati :Apa mbok ngerti kedaden punika?
Mbok Emban II : Ehmm….ehmmm boten Den! Sepuntene pun enggal- enggal disareaken!
Panji Inukertapati : Simbok mesti ngerti! Tulung mbok! Aku ora bakal lila yen nyareake diajeng Anggraini tanpa ngerti sebabe dheweke seda mbok! Tulung mbok!
Mbok Emban II : Nanging….nanging…Den, saestu kula boten ngertos
Panji Inukertapati : Tulung mbok! Kula nyuwun tuluuung…… sanget! Kula tresna marang diajeng lan kula boten lila menawi diajeng sedanipun boten wajar!
Mbok Emban II : (wedi lan bingung amung madhep mengisor ora bisa nguwasi Panji Inukertapati)
Panji Inukertapati :Mbok….!
Mbok Emban II : Nggih Den! Sejatosipun kula ngertos, sepuntenipun Den…kula boten saget crita!
Panji Inukertapati : Punapa Mbok? Tuluung sanget, mbok ora kepingin Anggraini ora tentrem? Mbok ora pingin atiku ayem? Sanajan pait aku bakal bisa nrima Mbok!
Mbok Emban II : Sejatosipun gusti ayu dipateni dening Den Brajanata (musik kaget)
Panji Inukertapati : Apa?
Mbok Emban II : Kula niku wau ningali dateng burinipun wit Den, kula boten wantun nyedhak…sepuntene Den!
Panji Inukertapati : Pancen kurang ajar iku! Aku bakal mateni wong kang mateni Diajeng Anggraini! Aku bakal bales!
Panji Inukertapati banjur gendong mayite bojone metu saka taman kerajaankaro susah, Mbok Emban banjur nututi ing burine.



ADEGAN 5
Panji Inukertapati nyeret Brajanata ing taman kerajaan, panggonan matine Dewi Anggraini. Brajanata ngibatne tangane Panji saka awake.
Brajanata : Ana apa adhi?....
Panji Inukertapati : Sampun kakang! Boten usah ethok-ethok….ora usah ngapusi aku maneh! Aku ngerti kakang yen Diajeng Anggraini panjenengan sing mateni.
Brajanata : Kowe ngerti saka ngendi?...
Panji Inukertapati : Ora penting aku ngerti saka ngendi…(jabut keris saka bangkekane banjur prang tandhing karo Brajanata)
Brajanata : (karo prang tandhing banjur ngomong) Aku amung diutus Rama Lembu Amiluhur adhi!
Panji Inukertapati : Aku tresna marang Anggraini kakang! Ora kaya ngene carane yen ora seneng dumateng Diajeng Anggraini kakang!
Perang tandhing antarane Brajanata lan Panji Inukertapati iku mandheg barang Brajanata wis kena kerise Panji Inukertapati. Brajanata kang anemahi layon banjur ngomong marang Panji Inukertapati.
Brajanata : Sepurane Adhi…! Sepurane…! (banjur merem lan wis ora ambegan maneh)
Panji Inukertapati : (banjur nangis ing sampinge mayite kakange) Sepuntene kakang! Sepuntene!
ADEGAN 6
Panji Inukerpati ninggalake kerajaan nanging ora duwe tujuan. Dheweke ngembara ing tengah alas dhewean, ora gawa apa-apa, amung klambi sing digawe. Dheweke isih katon susah.
Panji Inukertapati : Ngapa aku ninggalake Anggraini yen dadine kaya ngene iki? Wong sing tak tresnani wis mati, aku ora bisa jaga dheweke, aku ora bisa nepati janjiku marang dheweke kanggo terus ing sisihe. Aku dosa marang diajeng Anggraini lan marang kakang Brajanata…

ADEGAN 7
Panji Semirang kang sejatine Dewi Sekartaji iku marani Panji Inukertapati kang lagi bakar kelinci alas kanggo mangan.
Panji Semirang : Kakang ingkang sae atinipun! Napa kula pareng nyuwun sekedik mawon. Kula dereng angsal buruan punika lan kula sakniki luwe sanget.
Panji Inukertapati : Mangga…mangga…pripun menawi kita guneman boten sah resmi-resmi sanget? Aku Panji Inukertapati.
Panji Semirang : Kula Panji Semirang. Kita nembe mawon kenal, aneh menawi kula jangkar nimbali panjenengan.
Panji Inukertapati : Ora apa-apa. Celuken wae aku Inukertapati lan aku nyeluk kowe Semirang.
Panji Semirang : Iya Kakang Inukertapati. Punapa ana ing tengah alas dhewean?
Panji Inukertapati : (nyawang Panji Semirang mulai teka pucuking rambut sampek sikile) Aku percaya marang awakmu sanajan awake dhewe lagi pethuk sepisan mula aku bakal crita marang kowe yen sejatine aku lunga saka kerajaan…
Panji Semirang : Punapa kakang?
Panji Inukertapati : Aku ora bisa maneh urip aneng kono maneh amarga bojoku mati aneng kono. Wong sing tak tresnani ngluwihi aku tresna marang awakku dhewe, wong sing bisa nentremake atiku lan bisa gawe uripku seneng.
Panji Semirang : (nguwasi matane Inukertapati kang ketok susah banget) Sing wis ya wis kakang Inukertapati. Bojone sampeyan mesti wis seneng urip ing alam liya lan aja ditangisi.
Panji Inukertapati : Iya…nanging aku isih durung lila…
Panji Semirang : Aku uga tau ora lila Kang marang wong sing tak tresnani marang aku nanging dheweke ora tresna marang aku…(ora krasa netes iluh ing mripate Panji Semirang)
Panji Inukertapati : (krasa aneh marang swarane Panji Semirang) Aku kaya kenal marang swaramu…
Panji Semirang : (isih nangis) Nanging aku saiki bisa lila kakang Inukertapati sanajan sampeyan luwih milih mbak yu Anggraini….
Lampu sorot mati peteng lan musikke kaget…
Barang Panji Semirang bukak blangkone rambute dhawa ketok lan sejatine Dewi Sekartaji ketok. Panji Inukertapati kaget weruhi yen Panji Semirang iku Dewi Sekartaji kang nyamar.
Dewi Sekartaji : Sepuntene kakang kula ngapusi panjenengan dados Panji Semirang…
Panji Inukertapati : (Isih kaget dadi amung mingkem lan mandhengi Sekartaji)
Dewi Sekartaji : (nangis) Kula namung boten purun kakang susah terus-terusan, kula boten gadhah maksud punapa-punapa kakang sinaosa kula taksih gadhah rasa tresna marang kakang. Saestu!
Panji Inukertapati : (ngrangkul Dewi Sekartaji kang isih nangis) sepurane Sekartaji aku uga durung bisa laliake Diajeng Anggraini, aku ora duwe maksud gawe lara atimu. Aku ngerti kowe kaya mangkono amarga nglabuhi tresnamu marang aku nanging aku durung bisa…aku durung bisa Sekartaji. Luwih becik awake dhewe kekancan lan pancen takdir ngomong liya menawa rasa tresna iki bisa kok duweni.

SO IN LOVE OST. LOVE STORY IN HARVARD



Kim Jung Won>>> So in Love Ost. Love Story in Harvard

Spring, summer, fall & winter dreams
Those are shinning like a star
They keep whispering,
I'm so in love with you

Spring, summer, fall & winter love
It is breezing to my heart
and it keeps telling
I'll make you rainbow smile

I remember when we were angels
when we dreamed about us
All my days were happy
just like a snowy christmas
I wish i'd have them always
Every step i make writes a story
It is full of the heart
feeling love of my life
and missing friends of my time
I Wish i'd have them all

In Spring, summer, fall & winter days
we've been sharing all the hearts
love shines in my eyes
love just won't fade away

I remember when we were angels
when we dreamed about us
All my days were happy
just like a snowy christmas
I wish i'd have them always
Every step i make writes a story
It is full of the heart
feeling love of my life
and missing friends of my time
I Wish i'd have them all

If you'd all the way show me the world
where I will stay in love
All my days will be white
just like a snowy christmas
You're just all I need

MAY BE OST. DREAM HIGH




SUNYE>>>May be Ost. Dream High

chagaun gaseumi eoneusae jogeumssik
noga naeryeonna bwa niga deureowasseo
geurigo nado mollae nae gaseumeul chaewosseo

eonjenbuteoinga jibe doraomyeon
neoreul tteoolligo inneun nae moseubeul
bomyeonseo nae mam soge niga inneun geol arasseo

Maybe you’re the one
Maybe eojjeomyeon
eojjeomyeon niga
naega gidarin banjjogingeonji

Maybe it is true
eonjena neomu
gakkai isseoseo mollasseonnabwa
Baby I’m in love with you

cheoeumen mollasseo naega neol ireoke
tteoollige doel jul saranghage doel jul
ni mamdo jebal ireon nae maeumgwa gatgireul

Maybe you’re the one
Maybe eojjeomyeon
eojjeomyeon niga
naega gidarin banjjogingeonji

Maybe it is true
eonjena neomu
gakkai isseoseo mollasseonnabwa
Baby I’m in love with you

neomu neutjin anhatgil
ijeya kkaedareun nae mam badajugil
neutge aratjiman ijeya aratjiman
i maeumeun jeoldae heundeulliji anha

Maybe you’re the one
Maybe eojjeomyeon (Maybe)
eojjeomyeon niga (niga)
naega gidarin banjjogingeonji

Maybe it is true
eonjena neomu (eonjena neomu)
gakkai isseoseo mollasseonnabwa

Baby I’m in love with you
Baby I’m in love with you
Baby I’m in love with you
Baby I’m in love with you
Baby I’m in love with you
You Know

Minggu, 07 Agustus 2011

LOGIKA DARI LENSA MATA

LOGIKA DARI LENSA MATA
>>>Putri Raflessia

Kau menghakimi semua
Ingin yang terbaik dari rajamu
Ini bukan salah bapak
Ini salah manusia dunia kecil
Jika ingin layak
Mengapa kau tak pilih yang benar?

Apa mungkin ada senyum setan yang mengajakmu salah??
Ini bukan kecaman bagi manusia dalam dunia kecil
Hanya sebuah logika yang ditangkap dari lensa mata

Manusia dunia kecil yang masih selalu mengeluh…
Masih selalu meminta…
Bahkan tak segan tuk memerintah
Jika kau hebat lakukan semua sendiri
Tak perlu habiskan suara…
Tak perlu bikin huru hara

Pernah dibacakan secara pribadi pada Malam Pujangga 2011 Universitas Negeri Malang

Sabtu, 06 Agustus 2011

KORUPSI

Sinopsi Novel
>>>Putri Raflessia

Judul : KORUPSI
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Hasta Mitra
Tahun terbit : 2002
Kota terbit : Jakarta
Jumlah halaman : 160 halaman

Bakir adalah pegawai yang mempunyai empat anak. Belakangan ia sadar bahwa gajinya kurang untuk menghidupi keluarga dan dirinya. Akhirnya ia memutuskan untuk melakukan korupsi. Istrinya, Mariam telah melarang Bakir, namun ia tetap bersikeras. Karena merasa terusik Bakir pun pergi meninggalkan rumah dan menikah dengan Sutijah yang masih muda.
Bakir yang menjadi kaya karena menjadi koruptor itu mulai salah arah hidupnya. Ia juga dihantui rasa takut oleh orang disekitarnya yang dianggapnya dapat membahayakan dirinya, terutama Sirad asisten Bakir.
Sutijah yang dahulu lugu menjadi serakah. Bakir selain berkorupsi ia juga berzina. Akhir cerita Bakir ditangkap oleh polisi di kantor pos saat mengirim uang untuk Sutijah yang berada di Bali. Alasannya bukan karena masalah korupsi tetapi karena uang yang dibawa Bakir adalah uang palsu. Uang itu berasal dari taoke, uang itu hasil korupsinya. Akhirnya Bakir membuka sendiri kesalahannya di kantor polisi. Sutijah pun juga ditangkap polisi karena dianggap mengedarkan uang palsu.
Istri dan anak-anak Bakir menjenguknya dan memberinya dorongan dalam tahanan, meskipun telah lama ditinggal. Sirad asistennya juga mengunjunginya dan mengatakan bahwa kedudukan Bakir telah ada penggantinya, namun sepertinya orang itu juga berniat akan korupsi dan Sirad bertekad untuk memeranginya. Bakir tetap mendekam diantara empat dinding batu.

LHO

Sinopsis Novel
>>>Putri Raflessia

Judul : LHO
Pengarang : Putu Wijaya
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbit : 2000
Kota terbit : Jakarta
Jumlah halaman : 186 halaman

Berawal pada sore hari aku dan Zen berjalan-jalan. Zen terus berbicara, ingin rasanya tokoh aku membunuh Zen agar tidak dapat berbicara lagi dan rasa itu ia wujudkan, tetapi ketika ia mendorong tubuh Zen, ia kalah kuat untuk menjatuhkan Zen ke aspal. Akhirnya ia sendiri yang terjatuh dan pingsan. Zen merasa bersalah, ketika di rumah sakit, tak henti-hentinya Zen minta maaf. Pikiran tokoh aku, mungkinkah sebenarnya Zen juga berniat membunuhnya? Tetapi Zen menyangkal, lalu Zen berganti menuduh aku, awalnya aku menyangkal, namun akhirnya ia mengaku.
Persahabatan mereka tetap berjalan. Suatu hari Zen berkata pada aku bahwa sebenarnya tokoh aku telah mengalami proses menuju kegilaan, ia menunjukkan hasil observasinya. Lalu suatu ketika Zen menyuruh tokoh aku mengulangi perbuatannya dahulu demiobservasinya. Hari itu aku mengulangi kejadian untuk membunuh Zen. Kejadian itu terulang kembali dan akhirnya Zen mati tertabrak mobil dan tokoh aku pingsan. Ketika terbangun ia telah berada di rumah sakit. Semua menganggap tokoh aku depresi karena kehilangan sahabatnya. Anak muda pengendara mobil yang menabrak Zen ditangkap dan diadili. Tokoh aku mersa bersalah tetapi ia tidak mampu mengatakan kebenaran, keadaan yang membuatnya bungkam.
Akhirnya suatu hari tokoh aku melarikan diri dari rumah sakit dan merantau jauh. Aku bekerja pada pengusaha pemilik truk, ia adalah seorang janda. Aku juga mengenal sahabat baru seperti Zen, namanya Bing. Namun pada suatu hari Bing melakukan hal yang sama dengan Zen, ia tak ada henti-hentinya bicara, tokoh aku ingin membunuhnya dengan cara yang sama dengan Zen, tetapi meleset tokoh aku yang celaka. Di rumah sakit semua orang bertanya-tanya. Tokoh aku meminta maaf atas perbuatannya, namunsemua mengira kalau tokoh aku ingin bunuh diri. Aku merasa ternyata semua orang beranggapan sama. Lalu aku memutuskan kembali ke kotanya untuk jujur kepada semua orang. Ketika di kotanya yang dulu ia bekerja di suatu perusahaan, namun pada suatu hari karena ia lalai, ia terancam dipecat dari pekerjaannya, bahkan akan ditembak oleh majikannya. Ketika kejadian itu tokoh aku pingsan dan setelah terbangun ia sudah berada di rumah sakit jiwa.

Jumat, 05 Agustus 2011

PEREMPUAN DAN PENDIDIKAN

Perempuan dan Pendidikan
>>>Putri Raflessia

Perempuan adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sejajar dengan laki-laki. Meskipun keduanya berbeda namun mempunyai kedudukan yang sejajar di dalam kehidupan. Hal ini bukan berarti bahwa perempuan sama dengan laki-laki tetapi hanya sejajar. Pada dasarnya mereka tetap berbeda dalam hal keperempuanan yaitu perempuan bisa hamil sedangkan laki-laki tidak, perempuan bisa menyusui sedangkan laki-laki tidak, dan perempuan dapat menstruasi sedangkan laki-laki tidak bisa. Akan tetapi dalam hal pendidikan hak mereka sama dan tidak dibedakan. Perempuan tidak lebih bodoh dari laki-laki karena sesungguhnya perempuan bisa lebih pintar daripada laki-laki.
R.A Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita telah membuktikan bahwa perempuan tidak kalah pintar dari makhluk yang bernama laki-laki. Melalui pendidikannya yang ditularkan kepada kaum perempuan kini perempuan telah bisa mencapai emansipasi wanita. Emansipasi adalah persamaan hak di berbagai aspek kehidupan dalam lingkungan masyarakat. Persamaan hak ini mencakup pendidikan, pekerjaan, dan peran serta perempuan di dalam lingkungan masyarakat. Sekarang bukan zamannya lagi perempuan diperbudak oleh laki-laki karena dianggap lemah dan dianggap lebih bodoh. Bukan zamannya lagi perempuan dijajah oleh laki-laki karena perempuan dapat berkompetisi dengan laki-laki dalam kehidupan.
Kini perempuan mampu berkompetisi dengan laki-laki untuk meraih kekuasaan. Negara Republik Indonesia pernah dipimpin oleh Presiden perempuan, Megawati Soekarno Putri, yang membuktikan bahwa perempuan tidak kalah dengan laki-laki. Pekerjaan yang bisa dilakukan oleh laki-laki juga bisa dilakukan oleh perempuan bahkan kalau pekerjaan itu membutuhkan skill yang tinggi. Ada perempuan yang bisa menjadi kepala perusahaan, Bupati, Guru, koki, manajer, menjadi penarik becak, atau bahkan menjadi pengangkat batu.
Pemerintah juga menggalakkan pendidikan kepada perempuan-perempuan agar mempunyai keterampilan untuk menjalani kehidupan. Ada pelatihan-pelatihan yang diadakan untuk membekali perempuan agar tidak terlalu bergantung dengan laki-laki tetapi bisa menciptakan pekerjaan lewat tangan-tangan kreatif. Hal ini dilakukan agar mereka tidak melakukan pekerjaan yang tidak baik misalnya menjadi seorang pelacur atau Pekerja Seks Komersial (PSK) yang selalu dianggap identik dengan wanita padahal ada juga pelacur pria, gigolo.
Menjadi seorang perempuan yang berpendidikan tinggi bukan berarti mengesampingkan perannya sebagai perempuan. Misalnya sebagai seorang istri sangat mungkin pendidikan perempuan lebih tinggi dari pendidikan suaminya, tidak lantas perempuan tidak menghormati suaminya karena suamiya dianggap lebih rendah. Perempuan sebagai seorang istri haruslah tetap taat kepada suaminya, tetap menjalankan tugasnya atau kewajibannya sebagai seorang istri.
Pendidikan yang dimiliki oleh perempuan selayaknya dipergunakan untuk kepentingan kehidupan. Pendidikan yang didapat harusnya digunakan untuk mengatur hidup agar layak. Semua menyadari bahwa di dalam satu keluarga tanpa hadirnya perempuan maka akan tidak teratur apalagi di dunia. Perempuan sebagai penyeimbang selayaknya memang mempunyai pendidikan agar dapat mengatur sesuai dengan yang seharusnya. Selain itu pendidikan juga membantu perempuan untuk membela dirinya sendiri, misalnya dari pelecehan seksual. Akhir-akhir ini seakan perempuan sering kali dilecehkan, jika perempuan memiliki pendidikan maka dia bisa mengatasi semuanya dengan cara yang cerdas.
Pada dasarnya pendidikan memang sangat penting untuk kehidupan. Pendidikanlah yang juga mampu membuat perempuan bangkit dari yang dahulu dijajah laki-laki namun kini mampu berdiri sejajar dengan laki-laki. Masih banyak perempuan di luar sana yang membutuhkan pendidikan keterampilan atau pengetahuan yang lain untuk masa depan, maka dari itu jangan pernah berhenti untuk belajar dan belajar entah kepada orang lain, lembaga pendidikan, pengalaman diri sendiri atau melalui lingkungan tempat kita tinggal. Yakinlah bahwa perempuan itu bisa dan tidak lebih bodoh dari laki-laki asalkan berusaha.


Pernah dimuat di Jawa Pos For Her edisi Selasa 29 Maret 2011

Kamis, 04 Agustus 2011

HARAPAN SANG POHON

Harapan Sang Pohon
>>Putri Raflessia

Aku terkekeh sendiri mengingat masa laluku. Teringat masa laluku, saat bercengkrama dengan teman-temanku. Saat kami bersama-sama meneduhkan tubuh-tubuh penuh keringat di bawah kami. Saat kami memanggang tubuh kami bersama di bawah matahari untuk meneduhkan anak-anak yang bermain petak umpet. Daun- daun kami yang mereka anyam menjadi mahkota, atau digunakan sebagai sayur-sayuran untuk permainan.
Tetapi kini aku tersedu. Aku sendiri di tempatku, tidak ada anak-anak yang bermain lagi seperti dulu. Tubuhku tidak lagi mereka jadikan sandaran untuk bermain petak umpet. Mereka yang dahulu kubesarkan dengan semangat anak-anak kini telah dewasa dan anak-anaknya tidak lagi mau main dengan diriku. Anak-anak mereka lebih memilih berlama-lama di depan layar kaca persegi yang disebut-sebut sebagai televisi.
Semakin tua aku semakin penyakitan, daunku kini penuh bercak hitam karena asap-asap knalpot. Aku semakin sesak karena kepulan asap dari pabrik-pabrik. Aku pernah berpikir mungkin lebih baik aku mati, namun berguna bagi manusia-manusia itu. daripada aku hidup namun disiksa oleh mesin yang dibuat oleh mereka. Setidaknya mungkin aku bisa menjadi kayu bakar atau mungkin tiang penyangga rumah.
Setiap kali hujan datang disertai dewi isis, akarku sudah tidak cukup kuat untuk menopang tubuhku. Ini semua dikarenakan asap-asap dari mesin-mesin kurang ajar itu. tubuhku semakin lemah karena mereka. aku melihat teman-temanku yang mati dan manusia menjadikannya kayu bakar, kenapa aku masih dibiarkan berdiri rapuh disini? Bahkan tubuhku siap membunuh siapa saja yang melintas dibawahku saat aku rubuh. Lebih baik aku segera dibunuh, lebih baik potong aku dengan mesin bergigi tajam itu yang dahulu membunuh kawan-kawanku daripada aku tersiksa oleh penyakit.
*****
“rrrrngng….. rrrng…….” Suara yang sangat terdengar kasar di telingaku. Tubuhku semakin sakit, aku melihat ada dua manusia di bawahku dan memotong tubuhku dengan mesin bergigi tajam. Suara kasar itu ternyata dari mesin bergigi tajam itu. Mungkin kemarin secara tidak sengaja mereka mendengar keluhanku, mungkin mereka mendengar harapanku yang ingin mati, mungkin mereka mendengar raungan kesakitanku, atau mungkin mereka sadar kalau aku membahayakan hidup mereka jika aku roboh.
“rrrrng…rrrrngng….rrrngng…..rrrrngng…” suara itu masih kudengar sampai aku benar-benar roboh. Aku benar-benar pincang dan mati. Harapanku terkabul, harapan untuk mati berguna.

Nganjuk 24 Juli 2010

KEMATIAN TANPA KESADARAN

Kematian Tanpa Kesadaran

>>>Putri Raflessia<<<

Aku pergi bersama teman-temanku ke sebuah pesta kembang api. Pesta yang sangat meriah, kembang api warna-warni menghiasi pekatnya langit malam itu. Ya! malam ini adalah malam tahun baru, tak heran banyak tempat mengadakan pesta kembang api untuk menyambut pergantian tahun. Teriakan histeris ketika jarum panjang jam menginjak angka dua belas tepat dan bersatu dengan jarum pendeknya. Riuhnya terompet ikut berbaur dengan teriakan manusia yang ada di sana.

Bagiku setiap tahun sama saja tidak ada yang berubah. Dari perayaannya sampai orang-orang yang paling antusias merayakannya. Aku menatap dari kejauhan temanku yang terlihat sangat bahagia menyambut tahun baru. Seorang dari mereka menghampiriku dan berkata “Bukankah kau ikut ke sini untuk merayakan tahun baru? Jangan hanya duduk saja! Tiup terompetmu!” Aku tersenyum simpul lalu menjawab, “Aku di sini saja ya!” Kemudian dia pergi ke tempat teman-teman yang lain dan meninggalkanku.

“Bukankah ini semua membosankan?” Seorang anak laki-laki duduk di sampingku dan tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang mengena di hatiku, namun aku hanya terdiam untuk mendengar perkataannya berikutnya.

“Selalu merayakan tahun baru dengan teriakan histeris dan tiupan terompet, bukankah sangat membosankan?”

“Menurutmu harus bagaimana tahun baru dirayakan agar tidak membosankan?” Mulutnya masih membungkam, kemudian aku lanjutkan lagi pertanyaanku, “Bukankah kau di sini juga mempunyai niat yang sama dengan mereka, yaitu merayakan tahun baru dengan cara yang sama setiap tahunnya?”

“Bukan, niatku sama denganmu.” Setelah berkata seperti itu dia pergi meninggalkanku. Aku hanya terpaku menatapnya, aku bahkan tidak tahu niatku yang sebenarnya datang ke sini, kenapa dia bilang niatnya sama denganku.

Sampai di rumah pukul dua pagi tanggal 1 Januari. Aku tidak bisa tidur, aku masih memikirkan anak laki-laki aneh yang sangat misterius bagiku. Akibatnya aku mengantuk sekali di sekolah. Jam pertama pelajaran Matematika cukup menyita tenagaku untuk membuka mata. Dua hari kemudian kelas kami kedatangan siswa baru. Anak laki-laki yang baru kukenal dari pesta kembang api malam tahun baru kemarin lusa.

Saat pulang sekolah dia tiba-tiba jalan berjejer di sampingku, kemudian dia tersenyum. Senyum sangat manis, senyum dari seseorang yang misterius.

“Kau, dulu sekolah di mana?” Dia masih saja tersenyum tanpa bicara sepatah kata pun. Aku pun jadi diam tidak bertanya lagi

“Menurutku tahun baru bisa dilaksanakan dengan berdo’a…” Aku menoleh melihat dirinya tetapi dia tidak berhenti berjalan. Aku mengikutinya dari belakang.

“Karena kita tidak tahu kapan kita akan mati, mungkin pada tahun itu” suaranya sedingin sikapnya sama sekali tidak ada tekanan pada setiap kata-katanya. Di pertigaan dia berbelok ke kiri, aku tidak mengikutinya lagi karena aku harus pulang ke rumah itu berarti aku harus belok ke kanan.

*****

Setelah makan malam aku bergegas ke kamar, ada PR yang harus aku kerjakan. Tetapi betapa kagetnya diriku ketika ada anak lelaki itu, murid baru di sekolahku. Dia duduk di ranjangku sambil melihat-lihat album kenanganku semasa SMP. Dia senyum-senyum sendiri membuka tiap lembarnya.

“Bagaimana kau bisa masuk?”

“Lewat pintu hatimu,” Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Bagiku anak ini benar-benar misterius, aku bahkan tidak mengusirnya dari kamarku. Aku mengerjakan PR seperti yang aku rencanakan. Sesekali aku menoleh ke anak itu, dia masih sangat senang melihat album kenangan itu.

“Aku bahkan lupa menaruhnya, di mana kau menemukannya?”

“Ada di bawah ranjangmu” dia berhenti sejenak lalu meneruskan bicaranya.

“Bukankah temanmu SMP sudah ada yang mati? Cika, Roni dan Wawan kalau tidak salah.”

“Bagaimana kau bisa tahu?” Dia hanya menjawab dengan seulas senyum, kemudian menutup album kenangan itu dan beranjak dari ranjangku. Aku mengikutinya sampai pintu keluar kemudian dia mengucapkan selamat tinggal kepadaku. Setelah dia pergi aku kembali ke kamarku, otakku dipenuhi berjuta tanda tanya. Tentang bagaimana dia tiba-tiba muncul di kehidupanku, bagaimana dia tiba-tiba masuk ke dalam kamarku, bagaimana dia tahu letak album kenanganku padahal aku sendiri lupa, dan bagaimana dia tahu teman-teman SMP ku yang telah mati. Dan yang lebih membuatku bingung adalah senyum itu, sepertinya aku pernah melihatnya sewaktu aku masih kecil.

*****

Dia semakin dekat denganku, setiap istirahat ataupun pulang sekolah kami selalu bersama. Dia juga sering berkunjung ke rumahku. Bahkan pada tahun baru berikutnya kita merayakannya bersama-sama. Kita merayakan tahun baru dengan berdoa dan sedikit pesta kembang api untuk tidak meninggalkan kemeriahan tahun baru.

Tanggal 12 Februari aku melihat surat kabar yang di pampang di toko Koran. Aku melihat foto wajah anak laki-laki itu masih dengan senyumnya yang sangat manis. Dalam surat kabar itu diberitakan bahwa dia telah mati kemarin malam, dengan terburu-buru aku berlari menuju rumahku. Air bening membasahi jalanan yang aku lalui, aku ingin segera memberitahu orang tuaku kalau dia, anak laki-laki itu mati. Sampai di rumah aku disambut oleh suasana yang sangat mencekam, orang-orang memakai pakaian hitam membawa karangan bunga dan juga beras di ember.

“Ya Allah apa lagi ini? Siapa gerangan yang mati di rumahku? Aku baru saja tahu temanku telah tiada, lalu siapa lagi?” kakiku lemas hampir tidak mampu aku gerakkan ketika sampai di pintu rumahku. Aku melangkah dengan gontai, aku melihat wajah yang telah dibalut dengan kain putih itu. dia terlihat sangat kaku dan pucat. Aku melihat dengan lebih dekat, bahkan sangat dekat.

“Ya Allah itu aku! aku yang mati dan dishalati, tetapi wajah itu…wajah itu adalah wajah anak lelaki itu, anak lelaki yang selalu bersamaku” Aku menuju kamar mama untuk melihat mama. Kudapati tubuh mama yang tergolek lemas di atas ranjang, air matanya terus mengalir. Aku mendapati pantulan wajahku dari cermin kamar mama, itu memang aku, dan wajahku sangat mirip dengan wajah anak lelaki itu.

“Aku memang dirimu! Tak heran jika kau mengenali senyumku” Anak laki-laki itu datang dengan senyum itu kembali.

“Aku hanya mengingatkanmu kalau waktumu telah habis.” Tangannya yang dingin menggandeng tanganku yang kini juga dingin. Kami pergi meninggalkan dunia.

Nganjuk, 15 Juli 2010