LELAKI DAN PEREMPUAN TAK BISA BERTEMAN
>>>Putri Raflessia<<<
Apakah lelaki dan perempuan tidak bisa berteman setelah
mereka berhubungan dekat? Pertanyaan itu yang selalu saja hinggap di benak Rea
beberapa hari setelah dia menemukan kembali Ardan yang dingin.
Rea tak pernah sekalipun bertemu Ardan setelah lulus kuliah.
Kedekatannya memang hanya dihubungkan sinyal mahabaik ketika bercengkrama pada
malam-malam yang beberapa bulan lalu dianggapnya terkutuk karena Ardan telah
mempunyai kekasih. Akan tetapi, ketika hidup tidak boleh menjadi bodoh Rea
mulai menertawakan dirinya yang terpuruk karena seorang beku. Tidak ada di
kamusnya “Aku bahagia jika kamu bahagia”, tetapi dia lebih memegang teguh “Jika
kamu bahagia aku akan lebih bahagia.”
Langit di luar jendela kantor menampakkan langit yang
digantungi mendung. Pantas saja kalau beberapa saat setelah itu pasti akan ada
guyuran air langit yang menyegarkan bumi kehausan. Rea masih saja berkutat
dengan pekerjaannya. Sesekali otaknya mengarahkan pada media sosial yang ia buka
beberapa saat lalu. Iseng ia mencari nama Ardan di mesin pencarian. Semenjak
mempunyai kekasih memang Ardan mengubah sosmednya, entah untuk apa? Rea tidak
terlalu mempermasalahkan toh sekarang dia dan Ardan hanya sebatas teman , itu
yang ia inginkan. Mesin pencarian memampangkan nama Ardan beserta wajah yang
tak asing bagi Rea. ‘add as friend’ lalu
sudut bibirnya tertarik mengulaskan senyum.
*****
Subuh sebelumnya…
Mata sebesar teri itu membimbing jemari menguraikan kata di
SMS “ Kamu gak pa-pa?”
Kebodohan yang selalu saja berulang terhadap Rea adalah mengira
sebuah mimpi itu nyata-senyata-nyatanya. Dua kali sudah dia terbangun dengan
berlinang air mata lalu mengirimkan SMS serupa kepada orang yang sama, Ardan.
Pertama ketika mereka masih sering bertemu.
Kedua, sekarang ketika dia tahu Ardan tidak akan pernah
membalas pesannya lagi.
Nightmare selalu saja membuangnya ke sudut kebodohan
sehingga melakukan hal yang tidak berlogika.
Lima menit waktu yang tidak lama setelah pesan terkirim nama
Ardan terukir di pesan masuk
‘dia membalas’ Rea bergumam sambil memegangi dadanya mencari
detak jantungnya. Debaran itu normal dan tidak menggebu dan atau sebenarnya Rea
tidak mengakui bahwa jantungnya berdebar agak cepat.
“Maaf
siapa ?” pesan itu
membuat Rea mencak-mencak. Pertama dia senang karena mendapat balasan. Kedua
dia kecewa nomornya telah dihapus. Lagi, Rea memencet keypad keras-keras hanya untuk menguraikan “Rea”.
Satu
menit…lima menit…tiga puluh menit…satu jam… dan beberapa jam berikutnya tak ada
ukiran nama Ardan di ponsel Rea.
‘yakin
yang membalas memang dia. Khas pesannya tampak lewat tulisannya, lalu mengapa
apa kita tidak bisa berteman?’
*****
Malam
sepulang kerja…
Tidak ada konfirmasi
Keesokan
harinya…
Tidak ada konfirmasi pertemanan
Keesokan-keesokan
harinya lagi…
Tidak ada konfirmasi pertemanan
Apakah lelaki
dan perempuan yang sempat berhubungan dekat tidak bisa berteman biasa setelah
mereka berjalan sendiri-sendiri?