Selasa, 30 Juli 2013

RASA #1


RASA #1
>>>Putri Raflessia<<<
Jantungnya memompa darah Rea hingga begitu deras hingga detaknya tak karuan. Ada rasa di hatinya yang belum pernah Rea rasakan sebelumnya. Bukan rasa sakit ataupun bahagia yang tiada tara yang membuatnya mampu membisu dalam beberapa saat. Lelaki yang duduk di ruangan itu bahkan tak melihat ada kehadirannya. Rea juga belum tahu namanya, dan apa jabatannya sehingga ada di ruangan itu. Tapi rasa itu mampu mengusik hatinya.

Tiga bulan di lingkungan kerja yang sama. Rasa itu mungkin rasa penasaran yang berubah menjadi suka. Rea tak berani menyebut cinta, karena takdir kehidupannya pada saat itu belum mengajaknya merasakan cinta pada lelaki asing. Ardan, Rea mengetahui namanya di mushola lingkungan kerjanya, saat beberapa orang dengan sengaja menyebut namanya. Otaknya sontak memerintahkan ujung bibirnya tertarik mengukir senyum.

Hampir setahun saat rasa itu menghampiri hati Rea dan Rea menyebutnya suka. Lelaki yang telah diketahui namanya dan sedikit perangainya masih saja menyisakan rasa dalam hatinya meski lama tak bersua. Rea tak pernah mengenal Ardan lewat tegur sapa atau perbincangan di lingkungan kerjanya. Justru ia mengenal lewat suara yang mengalir lewat sinyal. 

“Kata dia kamu suka aku?” hampir setahun dan tiba-tiba Rea tertodong dengan empat kata yang tak pernah ia sangka keluar dari mulut Ardan.

“Lalu apa tanggapanmu ketika dia bilang seperti itu?” Rea ingin sekali melontarkan pertanyaan yang sama seperti pertanyaan Ardan, baginya ia perlu tahu mengapa Ardan tiba-tiba menanyakan itu. Rea perlu tahu apakah Ardan juga menyukainya. Tetapi kata “Bagaimana dengan dirimu, apakah kau menyukaiku?” tak mampu keluar dari mulutnya.

“Aku hanya tersenyum mendengar pernyataannya mengenai perasaanmu. Apakah yang dikatakannya benar adanya?”

“Enaknya gimana?” 

Ada bulir menetes menuruni pipi Rea. Bulir itu tiba-tiba saja mengalir di sela-sela sholatnya. Mungkin ia merasa berdosa karena dalam sholatnya otaknya tak mau berkompromi dan masih terisi semua kata dari Ardan dalam harinya setahun terakhir. 

“Allah maafkan aku jika ia mengisi hati dan otakku hingga mengganggu ibadah ini. Bukanlah kemauanku, tapi aku sungguh tak mampu mengendalikan rasa dalam hati dan otakku.”

Nganjuk, 30 Juli 2013

RASA #2


RASA #2
>>>Putri Raflessia<<<

Sebenarnya hatinya yakin bahwa perhatian Rea bukan hanya sekadar perhatian seorang teman.Sosok asing yang bahkan hanya dikenalnya satu bulan terakhir sebelum Rea mengakhiri tugasnya di lingkungan kerja yang sama dengannya. Tapi dia tak mau menganggap perhatian itu. Gadis yang telah mengisi hatinya adalah alasan ia hanya mampu menanggapi setiap rumor dengan senyuman. 

Satu kota bukan berarti bisa bersua dengan leluasa. Ardan tak pernah berpikir ia dapat bertemu dengan Rea, setelah mereka tak berada di lingkungan kerja yang sama. Sinyal masih sering mengabarkan suara mereka. Satu waktu kunjungan Rea membuat mulut Ardan terkunci rapat. Mulutnya tak mampu berkata sepatah katapun. Matanya memandang gadis yang beberapa hari lalu masih berbicara dengannya melalui ponsel. Ada rasa yang hinggap di hatinya. Dia menepis kuat-kuat, mungkin hanya sekadar nafsu karena dia baru saja putus dengan gadis yang dicintainya.

Ardan terdiam memikirkan perkataan temannya mengenai Rea. Meskipun dia sebenarnya yakin rasa cinta itu ada pada hati Rea. Tapi seribu bimbang menghampiri hatinya. Baginya sangat ganjil tiba-tiba mengatakan ada rasa di hatinya setelah hampir satu tahun mereka mengenal dan Ardan masih tetap menjadi pribadi yang dingin tak banyak omong. Disahutnya ponsel, menekan nomor Rea, untuk mengklarifikasi ucapan temannya. Seorang perempuan dengan gaya khasnya menyahut “Ini adalah layanan kotak suara XL untuk meninggalkan pesan tekan tanda bintang, nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi cobalah beberapa saat lagi”.

Keesokan harinya beberapa kali pesan masuk ke ponsel Ardan, namun tak digubris. Entah perasaan marah ataukah ia masih menata rasa di hatinya. Hari berikutnya ketika ada pesan menanyakan perihal telefonnya kapan hari, ia hanya menjawab tidak apa-apa.

“Kata dia kamu suka aku?” Ardan bertanya dengan sedikit bimbang. Apakah keputusannya benar pada saat itu untuk menanyakan hal tersebut. Akan tetapi baginya telefon dari Rea malam itu adalah kesempatannya untuk bertanya.

“Lalu apa tanggapanmu ketika dia bilang seperti itu?” Rea melontarkan pertanyaan setelah sedikit tertawa.

“Aku hanya tersenyum mendengar pernyataannya mengenai perasaanmu. Apakah yang dikatakannya benar adanya?”

“Enaknya gimana?” ini bukanlah jawaban yang diinginkan Ardan. Menurutnya kata lain yang dapat menenangkan hatinya harus keluar dari mulut Rea.

“Kalau perasaan itu bukan enak atau nggak enak, tetapi bagaimana yang sebenarnya?” Ardan meluruskan tanggapan Rea.

“Kenapa kapan hari kamu telefon?”

“Untuk memastikan perkataan dia benar atau tidak. Lalu bagaimana apakah benar rasa itu kau miliki?”

Nganjuk, 30 Juli 2013

Senin, 08 Juli 2013

PENGARUH PENGGUNAAN VIDEO PENDEK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TANJUNGANOM


PENGARUH PENGGUNAAN VIDEO PENDEK
TERHADAP KEMAMPUAN  MENULIS CERPEN
SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TANJUNGANOM

Putri Raflessia[1]
Maryaeni[2]
Sunoto[3]
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang


ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan media video pendek terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan desain penelitian control group pre-test - post-test. Hasil penelitian ini adalah media video pendek berpengaruh terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom pada aspek penggambaran tokoh, pengembangan alur, pendeskripsian latar, dan pengembangan tema.

Kata Kunci: pembelajaran menulis, cerita pendek, media video pendek

ABSTRACT:
This research aim to know beneficial short video as a media in composing short stories the student grade  X SMA Negeri 1 Tanjunganom. This research is kind of experimental research with control group pre-test - post-test design. This result of research is short video media having for to ability composing short stories the student grade  X SMA Negeri 1 Tanjunganom in figuring aspect, setting description aspect, plot development aspect, and theme development aspect.
Key Words: write learning, short story, short video as a media

Pembelajaran sastra menjadi bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia yang memberikan ruang kepada siswa untuk berekspresi menuangkan pikirannya. Pokok bahasan pembelajaran sastra meliputi pembelajaran cerita pendek, dongeng, novel, drama, puisi dengan mengoptimalkan kemampuan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Salah satu keterampilan yang penting untuk diajarkan adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis harus diajarkan sejak dini karena seperti yang diungkapkan oleh Mujiran (2002:32) bahwa kebiasaan menulis bukan muncul karena pengalaman yang jatuh dari langit, melainkan berkembang melalui kebiasaan dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran menulis perlu diajarkan di sekolah.
Pada jenjang kelas X semester 2 terdapat salah satu kompetensi dasar (KD) menulis karangan berdasarkan pengalaman diri sendiri dan orang lain dalam cerpen. Membelajarkan keterampilan menulis cerita pendek bukan hal yang mudah, seperti yang diungkapkan Sumardjo (2004:43) bahwa cerita pendek yang baik bukan hanya soal bagaimana menceritakannya dengan baik tapi juga apakah yang diceritakan merupaka sesuatu yang baru, otentik, dan berguna bagi kemajuan martabat kita sebagai manusia. Oleh karena itu, diperlukan strategi dan metode yang menarik dan dapat merangsang siswa untuk dapat menumbuhkan keterampilan menulis.
Strategi yang dapat dilakukan oleh guru agar siswa dapat lebih mudah dalam menulis cerita pendek pemodelan dari guru bagaimana cara menulis cerita pendek, guru menunjukkan proses kreatif menulis cerita pendek. Strategi lainnya yang dapat digunakan adalah menggunakan media pembelajaran selain guru sebagai media. Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2009) menerangkan bahwa media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Pengertian yang dikemukakan oleh Gerlach dan Ely dapat diartikan bahwa tidak hanya manusia atau guru di dalam kegiatan pembelajaran sebagai media belajar, tetapi juga teknologi di tempat belajar yang dapat membantu proses kegiatan pembelajaran lebih efektif. Sudjana (2002:2) mengungkapkan bahwa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran. Oleh karena itu adanya media pembelajaran akan mempengaruhi kualitas siswa dalam belajar.
Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis cerita pendek dapat berupa video pendek. Prastowo (2011:300) mengungkapkan bahwa video merupakan tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara. Video tidak hanya dapat digunakan sebagai hiburan atau sekadar tontonan, tetapi juga dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran. Media video dapat digolongkan sebagai media berbasis audio-visual. Arsyad (2009:148) mengungkapkan bahwa media audio visual harus menunjukkan sesuatu yang dapat menarik perhatian siswa dan selanjutnya harus berkelanjutan sambung-menyambung.
Cerita pendek adalah cerita yang memusatkan ceritanya pada satu tokoh dan diceritakan secara naratif serta relatif pendek. Sumardjo (2004:10) menyimpulkan bahwa cerita pendek harus berupa cerita atau narasi yang fiktif serta relatif pendek. Jingga (2012: 34) mengungkapkan bahwa cerpen merupakan cerita yang mengisahkan sebagian kecil aspek dalam kehidupan manusia yang diceritakan secara terpusat pada tokoh dan kejadian yang menjadi pokok cerita. Unsur pembangun cerita pendek adalah tema, latar, alur, sudut pandang, dan tokoh.
Penelitian serupa yang berkaitan dengan penggunaan media dalam pembelajaran menulis cerpen adalah (1) Pengaruh Penggunaan Media Komik Buta terhadap Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Sidoarjo (Fifiyanti, 2011), (2) Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen melalui Media Rekaman Lagu pada Siswa Kelas X-4 SMAN 2 Batu (Sofyan, 2012), (3) Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen berdasarkan Pengalaman Diri Sendiri melalui Strategi Mind Mapping Siswa Kelas X-6 SMA Negeri 1 Talun (Pararuk, 2011)
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan media video pendek terhadap kemampuan menulis cerpen. Kemampuan menulis cerpen pada penelitian ini didasarkan pada empat aspek, yaitu (1) kemampuan menggambarkan tokoh cerpen, (2) kemampuan mengembangkan alur cerpen, (3) kemampuan mendeskripsikan latar cerpen, dan (4) kemampuan mengembangkan tema cerpen.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah  control group pre-test - post-test. Arikunto (2010:126) mengungkapkan bahwa dalam desain ini bertujuan untuk melihat perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen dengan pencapaian kelompok kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling yaitu pengambilan yang didasarkan pada kelompok. Kelas sampel merupakan kelas yang homogen, yang selanjutnya dibagi menjadi kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol melakukan pembelajaran tanpa media atau secara konvensional sedangkan kelas eksperimen merupakan kelas yang melaksanakan pembelajaran menggunakan media video pendek. Pengambilan data dilaksanakan dengan memberikan pretes, perlakuan yang berbeda, dan postes pada masing-masing kelas.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom semester genap tahun ajaran 2012/2013. Jumlah seluruh kelas X adalah 8 kelas, yaitu kelas XA-XH. Jumlah seluruh siswa kelas IX sebanyak 280 siswa. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60 siswa dari dua kelas.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes. Tes yang dilakukan berupa menulis cerpen. Pemberian tes dibantu dengan media yang digunakan yaitu media video pendek, perintah dan petunjuk menulis cerpen, dan rubrik penyekoran. Intrumen penelitian yang diberikan kepada kelas kontrol berupa perintah dan petunjuk menulis cerpen, sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan media video pendek dan perintah serta petunjuk menulis cerpen.
Data penelitian ini berupa nilai berbentuk skor kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom yaitu meliputi  (1) skor menggambarkan tokoh dalam cerita pendek  selama pretes dan postes, (2) skor mengembangkan alur cerpen selama pretes dan postes, (3) skor mendeskripsikan latar cerpen selama pretes dan postes, dan (4) skor mengembangkan tema cerpen selama pretes dan postes.
Langkah pengumpulan data pada penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu (1) tahap pelaksanaan pretes menulis cerpen, (2) tahap pemberian perlakuan, (3) tahap pelaksanaan postes menulis cerpen. Prosedur analisis data pada penelitian ini dilakukan sebagai berikut, (1) mengelompokkan data berdasarkan hasil pretes dan postes (2) mengelompokkan data sesuai dengan aspek yang diteliti, (3) menyekor data dan menilai, serta membandingkan hasil pretes dan postes dengan persentase (4) memasukkan data dan menganalisisnya dengan program SPSS 16.0 for windows, untuk mengetahui normalitas data dengan nilai skewness dan menguji homogenitas data (5) mencari thitung  dan korelasi variabel dengan menguji data melalui uji-t, (6) menguji hipotesis dengan membandingkan thitung dan ttabel, dan (7) membuat kesimpulan apakah hipotesis diterima atau ditolak.



HASIL
            Pembelajaran menulis cerpen yang telah dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom menghasilkan deskripsi data seluruh  aspek cerpen. Perhitungan nilai dengan bantuan SPSS 16.0 menggunakan analisis statistik pada pretes siswa kontrol diperoleh mean sebesar 50.2780 dan kuadrat standar deviasi (simpangan baku) sebesar 6.73745. Sedangkan perhitungan nilai menggunakan analisis statistik pada pretes siswa eksperimen diperoleh mean sebesar 50.5557 dan kuadrat deviasi (simpangan baku) sebesar 6.73745.
            Perolehan nilai pada saat postes berbeda dengan pada saat pretes. Perhitungan nilai pada kelas kontrol diperoleh mean sebesar 57.2217 dan kuadrat standar deviasi 7.80935. Sedangkan perhitungan nilai pada kelas eksperimen diperoleh mean sebesar 75.8343 dan kuadrat standar deviasi (simpangan baku) sebesar 16.28071.
Pengujian hipotesis berdasarkan uji-t yang telah dilakukan melalui data yang ada secara keseluruhan memiliki thitung > ttabel (5,646 >2,000). Berdasarkan analisis data tersebut, data kelas eksperimen lebih besar setelah diberikan perlakuan daripada kelas kontrol. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh penggunaan media video pendek terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom diterima

Kemampuan Menggambarkan Tokoh Cerpen pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
            Pembelajaran menulis cerpen yang telah dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom menghasilkan deskripsi kemampuan menggambarkan tokoh cerpen sebagai berikut. Perhitungan nilai menggunakan analisis statistik pada pretes siswa kontrol diperoleh mean sebesar 1.4000 dan kuadrat standar deviasi sebesar 0.49827. Sedangkan perhitungan nilai menggunakan analisis statistik pada pretes siswa eksperimen diperoleh mean sebesar 1.4667 dan kuadrat deviasi sebesar 0.57135.
            Perolehan nilai pada saat postes berbeda dengan pada saat pretes. Perhitungan nilai pada kelas kontrol diperoleh mean sebesar 1.5333 dan kuadrat standar deviasi 0.57135. Sedangkan perhitungan nilai pada kelas eksperimen diperoleh mean sebesar 2.2000 dan kuadrat standar deviasi sebesar 0.71438.
Pengujian hipotesis dalam menggambarkan tokoh cerpen adalah sebagai berikut.  thitung untuk kemampuan menggambarkan tokoh cerpen siswa adalah 3,992 sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,000. Berdasarkan data tersebut diketahui thitung > ttabel (3,992>2,000). Berdasarkan analisis data tersebut, data kelas eksperimen lebih besar setelah diberikan perlakuan daripada kelas kontrol. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh penggunaan media video pendek terhadap kemampuan menggambarkan tokoh cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom diterima.

Kemampuan Mengembangkan Alur Cerpen pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
            Pembelajaran menulis cerpen yang telah dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom menghasilkan deskripsi kemampuan mengembangkan alur cerpen sebagai berikut. Perhitungan nilai menggunakan analisis statistik pada pretes siswa kontrol diperoleh mean sebesar 1.4667 dan kuadrat standar deviasi sebesar 0.57135 Sedangkan perhitungan nilai menggunakan analisis statistik pada pretes siswa eksperimen diperoleh mean sebesar 1.4000 dan kuadrat deviasi sebesar 0.56324.
            Perolehan nilai saat postes berbeda dengan saat pretes. Perhitungan nilai pada kelas kontrol diperoleh mean sebesar 1.8333 dan kuadrat standar deviasi 0.64772. Sedangkan perhitungan nilai pada kelas eksperimen diperoleh mean sebesar 2.3000 dan kuadrat standar deviasi sebesar 0.59596.
Pengujian hipotesis dalam mengembangkan alur cerpen adalah sebagai berikut.  thitung untuk kemampuan mengembangkan alur cerpen siswa adalah 2,904 sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,000. Berdasarkan data tersebut diketahui thitung > ttabel (2,904>2,000). Berdasarkan analisis data tersebut, data kelas eksperimen lebih besar setelah diberikan perlakuan daripada kelas kontrol. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh penggunaan media video pendek terhadap kemampuan mengembangkan alur cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom diterima.

Kemampuan Mendeskripsikan Latar Cerpen pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pembelajaran menulis cerpen yang telah dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom menghasilkan deskripsi kemampuan mendeskripsikan latar cerpen sebagai berikut. Perhitungan nilai menggunakan analisis statistik pada pretes siswa kontrol diperoleh mean sebesar 1.3000 dan kuadrat standar deviasi sebesar 0.53498. Sedangkan perhitungan nilai menggunakan analisis statistik pada pretes siswa eksperimen diperoleh mean sebesar 1.3667 dan kuadrat deviasi sebesar 0.55605.
            Perolehan nilai saat postes berbeda dengan saat pretes. Perhitungan nilai pada kelas kontrol diperoleh mean sebesar 1.5000 dan kuadrat standar deviasi 0.57235. Sedangkan perhitungan nilai pada kelas eksperimen diperoleh mean sebesar 2.2333 dan kuadrat standar deviasi sebesar 0.62606.
Pengujian hipotesis dalam mendeskripsikan latar cerpen adalah sebagai berikut.  thitung untuk kemampuan mendeskripsikan latar cerpen siswa adalah 4,735 sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,000. Berdasarkan data tersebut diketahui thitung > ttabel (4,735>2,000). Berdasarkan analisis data tersebut, data kelas eksperimen lebih besar setelah diberikan perlakuan daripada kelas kontrol. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh penggunaan media video pendek terhadap kemampuan mendeskripsikan latar cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom diterima.

Kemampuan Mengembangkan Tema Cerpen pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pembelajaran menulis cerpen yang telah dilakukan di kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom menghasilkan deskripsi kemampuan mengembangkan tema cerpen sebagai berikut. Perhitungan nilai menggunakan analisis statistik pada pretes siswa kontrol diperoleh mean sebesar 1.8667dan kuadrat standar deviasi sebesar 0.68145. Sedangkan perhitungan nilai menggunakan analisis statistik pada pretes siswa eksperimen diperoleh mean sebesar 1.8333 dan kuadrat deviasi sebesar 0.74664.
            Perolehan nilai saat postes berbeda dengan saat pretes. Perhitungan nilai pada kelas kontrol diperoleh mean sebesar 2.0000 dan kuadrat standar deviasi 0.58722. Sedangkan perhitungan nilai pada kelas eksperimen diperoleh mean sebesar 2.3667 dan kuadrat standar deviasi sebesar 0.49013.
Pengujian hipotesis dalam mengembangkan tema cerpen adalah sebagai berikut.  thitung untuk kemampuan mengembangkan tema cerpen siswa adalah 2,626 sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,000. Berdasarkan data tersebut diketahui thitung > ttabel (2,626>2,000). Berdasarkan analisis data tersebut, data kelas eksperimen lebih besar setelah diberikan perlakuan daripada kelas kontrol. Jadi hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh penggunaan media video pendek terhadap kemampuan mengembangkan tema cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom diterima.

Taraf Signifikansi Korelasi Media Video Pendek dengan Kemampuan Menulis Cerpen
Korelasi media video pendek dan kemampuan menulis cerpen dalam penelitian ini dapat dilihat melalui uji korelasi pearson signifikan. Pada aspek penggambaran tokoh signifikansi korelasi pada pretes diperoleh nilai sebesar 0,632, sedangkan pada postes diperoleh 0,000. Pada aspek pengembangan alur diperoleh nilai sebesar 0,651, sedangkan pada postes diperoleh 0,005. Pada aspek pendeskripsian latar diperoleh nilai sebesar 0,638, sedangkan pada postes diperoleh 0,000. Pada aspek mengembangkan tema diperoleh nilai sebesar 0,857, sedangkan pada postes diperoleh 0,011.
Hasil uji korelasi Pearson tiap aspek menulis cerpen yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pertama, korelasi antara tokoh dengan alur menunjukkan hasil 0,583, korelasi antara tokoh dengan latar menunjukkan hasil 0,509, korelasi antara tokoh dengan tema menunjukkan hasil 0,473. Kedua, korelasi alur dan tokoh menunjukkan hasil 0,583, korelasi antara alur dengan latar menunjukkan hasil 0,453, korelasi antara alur dengan tema menunjukkan hasil 0,909. Ketiga, korelasi latar dan tokoh menunjukkan hasil 0,509, korelasi antara latar dengan alur menunjukkan hasil 0,453, korelasi antara latar dengan tema menunjukkan hasil 0,273. Keempat, korelasi tema dan tokoh menunjukkan hasil 0,473, korelasi antara tema dengan alur menunjukkan hasil 0,909, korelasi antara tema dengan latar menunjukkan hasil 0,273.

PEMBAHASAN
Penelitian yang telah dilakukan menggambarkan bahwa terdapat pengaruh penggunaaan media video pendek terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom. Pengaruh itu dapat dilihat dari data kelas eksperimen lebih besar daripada data kelas kontrol.

Pengaruh Penggunaan Media Video Pendek terhadap Kemampuan Siswa Menggambarkan Tokoh Cerpen
Berdasarkan data postes menulis cerpen siswa dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen kemampuan siswa dalam menggambarkan tokoh sudah cukup baik. Siswa mampu mengembangkan tokoh dalam video pendek menjadi  Terdapat 11 siswa (36,67%) mendapatkan skor maksimal 3 yang berarti berkategori baik, 14 siswa (46,67%) mendapatkan skor 2 yang berarti cukup baik, dan hanya 5 siswa (16,67%) mendapatkan skor 1 yang berarti kurang. Siswa mampu menggambarkan tokoh dari segi penggambaran watak, fisik, dan dan kelengkapan tokoh berdasarkan tokoh-tokoh di dalam video pendek.
Berdasarkan data postes menulis cerpen siswa dapat dilihat bahwa pada kelas kontrol kemampuan siswa dalam menggambarkan tokoh masih kurang. Terdapat 1 (3,33%) mendapatkan skor maksimal 3 yang berarti berkategori baik, 14 siswa (46,67%) mendapatkan skor 2 yang berarti cukup baik, dan hanya 15 siswa (50%) mendapatkan skor 1 yang berarti kurang. Siswa cenderung hanya menggunakan dua tokoh dan tidak menggambarkan kondisi fisik tokoh. Cerpen siswa kontrol cenderung menggambarkan tokoh utama sebagai tokoh yang sempurna. Media video pendek sebagai media dalam memberi perlakuan pada kelas eksperimen. Siswa mengawali menulis cerita pendek dengan merencanakan tokoh dan penokohan di dalam cerpen. Video pendek membantu siswa untuk memperoleh gambaran watak dan fisik tokoh serta jumlah tokoh yang ada di dalam cerpen. Siswa dapat menentukan tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis. Siswa telah mampu menggambarkan fisik tokoh berdasarkan media video pendek. Siswa juga mampu menggambarkan watak dalam video pendek dari peranannya di dalam cerpen. Adanya peranan juga membuat siswa mampu menggambarkan tokoh lengkap di dalam cerpen. Penggunaan media video pendek berpengaruh terhadap penggambaran tokoh di dalam cerpen siswa.
Cerpen yang diciptakan siswa mampu menggambarkan watak tokoh secara analitik dengan menggambarkan ciri fisik dan wataknya secara langsung. Penggambaran tokoh mampu membuat pembaca mengimajinasikan dengan baik tokoh-tokoh yang ada di dalam cerpen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suroto (1989:92) mengungkapkan bahwa penggambaran tokoh atau penokohan berhubungan dengan watak dan kepribadian tokoh yang ditampilkan. Melukiskan atau menggambarkan watak tokoh dalam cerita secara analitik berarti pengarang menjelaskan atau menceritakan secara terinci watak-watak tokohnya.
Berdasarkan hasil analisis data mengenai penggambaran tokoh cerpen pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan terdapat pengaruh video pendek yang cukup signifikan terhadap kemampuan siswa dalam menggambarkan tokoh cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom.

Pengaruh Penggunaan Media Video Pendek terhadap Kemampuan Siswa Mengembangkan Alur Cerpen
Berdasarkan data postes menulis cerpen siswa dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen kemampuan siswa dalam mengembangkan alur sudah cukup baik. Terdapat 11 siswa (36,67%) mendapatkan skor maksimal 3 yang berarti berkategori baik, 17 siswa (56,67%) mendapatkan skor 2 yang berarti cukup baik, dan hanya 2 siswa (5,55%) mendapatkan skor 1 yang berarti kurang. Sebagian besar siswa kelas eksperimen yang telah mendapatkan perlakuan dengan media video pendek mampu menulis dengan alur yang lengkap dan mampu mengembangkan alur serta mengkreasikannya.
Berdasarkan data postes menulis cerpen siswa dapat dilihat bahwa pada kelas kontrol kemampuan siswa dalam mengembangkan alur masih kurang. Terdapat 4 (13,33%) mendapatkan skor maksimal 3 yang berarti berkategori baik, 17 siswa (56,67%) mendapatkan skor 2 yang berarti cukup baik, dan hanya 9 siswa (30%) mendapatkan skor 1 yang berarti kurang. Pengembangan alur tidak digambarkan dengan lengkap, kebanyakan cerita datar dan tidak terjadi konflik sama sekali atau ada bagian alur yang hilang.
Media video pendek dapat membantu siswa untuk memberi gambaran peristiwa sehingga siswa dapat mengembangkan alur dengan lengkap. Siswa juga dapat menambahkan atau mengurangi peristiwa di dalam video pendek untuk mengkreasikan alur serta memilih alur maju, mundur, atau campuran. Pada data kemampuan mengembangkan alur kelas eksperimen, siswa mampu menulis dengan alur yang lengkap, ada bagian awal, tengah, dan akhir cerita.  Hal itu sesuai dengan pendapat Stanton (2007:28) yang menyatakan bahwa alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata. Jabrohim, Anwar, dan Sayuti (2003:111) juga mengungkapkan bahwa struktur alur sering disusun atas tiga bagian yaitu, awal, tengah, dan akhir.
Pengembangan di dalam cerpen berdasarkan video pendek agak rumit dibandingkan penggambaran tokoh dan pendeskripsian latar. Hal itu dikarenakan pada pengembangan alur harus memberikan penekanan-penekanan konflik. Siswa seringkali tidak membuat hubungan sebab akibat dan hanya memunculkan konflik yang sederhana tanpa penyelesaian konflik tersebut. Akan tetapi, alur lengkap sederhana sudah berhasil siswa kembangkan berdasarkan video pendek yang digunakan sebagai media.
Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengembangan alur cerpen pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan terdapat pengaruh video pendek yang cukup signifikan terhadap kemampuan siswa dalam mengembangkan alur cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom.

Pengaruh Penggunaan Media Video Pendek terhadap Kemampuan Siswa Mendeskripsikan Latar Cerpen
Berdasarkan data postes menulis cerpen siswa dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen kemampuan siswa dalam mendeskripsikan latar sudah cukup baik. Terdapat 10 siswa (33,33%) mendapatkan skor maksimal 3 yang berarti berkategori baik, 17 siswa (56,67%) mendapatkan skor 2 yang berarti cukup baik, dan hanya 3 siswa (10,00%) mendapatkan skor 1 yang berarti kurang. Sebagian besar siswa kelas eksperimen yang telah mendapatkan perlakuan dengan media video pendek mampu mendeskripsikan latar dengan baik dan tepat.
Berdasarkan data postes menulis cerpen siswa dapat dilihat bahwa pada kelas kontrol kemampuan siswa dalam mendeskripsikan latar masih kurang. Terdapat 1 (3,33%) mendapatkan skor maksimal 3 yang berarti berkategori baik, 13 siswa (43,33%) mendapatkan skor 2 yang berarti cukup baik, dan hanya 16 siswa (53,33%) mendapatkan skor 1 yang berarti kurang. Deskripsi alur pada cerpen kelas kontrol pada saat postes masih sangat kurang, siswa cenderung tidak mengungkapkan latar waktu dan tempat dengan jelas, hanya latar suasana yang tampak dari hasil menulis cerpen.
Pendeskripsian latar di dalam cerpen berdasarkan video pendek lebih mudah dibandingkan dengan pengembangan alur dan pengembangan tema. Hal itu dikarenakan pada pendeskripsian latar dapat dilihat secara jelas pada video pendek. Siswa cenderung memasukkan latar sesuai dengan media video pendek, tetapi ada pula siswa yang menambah latar untuk mendukung cerpennya.
Media video pendek mampu memberikan gambaran mengenai latar waktu, tempat, dan suasana sehingga siswa dapat mendeskripsikannya berupa deskripsi langsung ataupun dialog antar tokoh. Melalui gambaran dalam video pendek siswa dapat mendeskripsikan latar cerpen melalui tulisan secara detail dan menampilkan suasana yang dapat membangkitkan perasaan pembaca.
Hal itu sesuai dengan pendapat Stanton (2007:36) bahwa atmosfer dalam cerpen bisa merefleksikan suasana jiwa sang karakter atau sebagai salah satu bagian dunia yang berada di luar diri sang karakter. Selain itu juga sesuai dengan pendapat Jingga (2012:36) bahwa latar tidak hanya berfungsi untuk menunjukkan tempat dan waktu cerita tetapi juga nilai-nilai yang ingin diungkapkan dalam cerita.
Berdasarkan hasil analisis data mengenai deskripsi latar cerpen pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan terdapat pengaruh video pendek yang cukup signifikan terhadap kemampuan siswa dalam mendeskripsikan latar cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom.

Pengaruh Penggunaan Media Video Pendek terhadap Kemampuan Siswa Mengembangkan Tema Cerpen
Berdasarkan data postes menulis cerpen siswa dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen kemampuan siswa dalam mengembangkan tema sudah baik. Terdapat 11 siswa (36,67%) mendapatkan skor maksimal 3 yang berarti berkategori baik, 19 siswa (63,33%) mendapatkan skor 2 yang berarti cukup baik, dan hanya 0 siswa (0%) mendapatkan skor 1 yang berarti kurang.
Berdasarkan data postes menulis cerpen siswa dapat dilihat bahwa pada kelas kontrol kemampuan siswa dalam mengembangkan tema cerpen sudah cukup. Terdapat  5 siswa (16,67%) mendapatkan skor maksimal 3 yang berarti berkategori baik, 20 siswa (66,67%) mendapatkan skor 2 yang berarti cukup baik, dan hanya 5 siswa (16,67%) mendapatkan skor 1 yang berarti kurang. Tema cerpen kurang tersirat pada isi cerita serta tema dalam video pendek kurang diaplikasikan dengan baik.
Siswa kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan media video pendek dapat mengembangkan tema cerpen di dalam video pendek ke dalam cerpen yang ditulisnya. Siswa mampu mengayakan dengan memunculkan konflik sesuai dengan tema dalam video, tokoh-tokoh, awal dan akhir ceritanya. Pada data kemampuan mengembangkan isi cerpen kelas eksperimen cerpen pada kelas eksperimen lebih menarik, sesuai dengan tema dan mampu menggambarkan gagasan secara naratif dengan baik. Tema cerpen dikembangkan menjadi isi cerpen yang runtut dan sesuai dengan realitas sekalipun cerpen adalah fiksi. Hal itu senada dengan pendapat Sumardjo (2004:9) ciri esensi cerpen adalah sifatnya yang naratif. Cerita pendek harus berbentuk naratif dan pendek. Meskipun cerpen merupakan fiksi, tetapi ia harus berdasarkan realitas. Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Aksan (2011:74) meskipun fiksi, penulisan cerpen juga harus memperhatikan logika.
Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengembangan tema cerpen pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan terdapat pengaruh video pendek yang cukup signifikan terhadap kemampuan siswa dalam mengembangkan tema cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Tanjunganom.



SIMPULAN
Simpulan penelitian ini adalah penggunaan media video pendek berpengaruh terhadap (1) penggambaran tokoh di dalam cerpen sehingga menjadi lebih kaya dan dapat digambarkan dengan baik sesuai dengan watak dan fisik tokoh serta peranannya, (2) pengembangan alur cerpen menjadi lebih kaya dan dapat digambarkan dengan penambahan konflik yang baik, (3) pendeskripsian latar cerpen menjadi lebih kaya dan dapat digambarkan dengan penambahan latar suasana melalui kejadian-kejadian di dalam cerpen, dan (4) pengembangan tema cerpen dikembangkan menjadi isi cerita yang jelas dan sesuai dengan media video pendek.
Kesimpulan itu didasarkan pada pengujian hipotesis dengan uji-t yang menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari ttabel  pada setiap aspek. Uji-t pada kemampuan menulis cerpen pada aspek menggambarkan tokoh menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel  yaitu 3,992>2,000. Uji-t pada kemampuan menulis cerpen dari aspek alur menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel  yaitu 2,904>2,000. Uji-t pada kemampuan menulis cerpen dari aspek latar menunjukkan thitung lebih besar dari ttabel yaitu 4,735>2,000. Uji-t pada kemampuan menulis cerpen dari aspek tema cerita menunjukkan thitung lebih besar dari ttabel yaitu 2,626>2,000.

SARAN
            Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti memberikan saran bagi beberapa pihak. Pertama, bagi guru Bahasa Indonesia agar dapat menjadikan penelitian ini sebagai masukan untuk memanfaatkan media video pendek dalam pembelajaran menulis cerpen. Kedua, kepada siswa agar mampu lebih belajar memadatkan cerita agar uraian yang tidak terlalu penting dikurangi. Siswa diharapkan mampu fokus terhadap konflik tokoh utama sehingga dapat mengembangkan masalah dengan baik. Ketiga, bagi peneliti lanjutan diharapkan dapat menggunakan media video pendek untuk pembelajaran Bahasa Indonesia yang lain, seperti menulis naskah, drama, puisi, cerita pengalaman orang lain, dongeng. Peneliti lain juga dapat menggunakan media lain untuk pembelajaran menulis cerpen.

DAFTAR RUJUKAN
Aksan, H. 2011. Proses Kreatif Menulis Cerpen. Bandung:  Nuansa.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, A.2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Fifiyanti, G. 2011. Pengaruh Penggunaan Media Komik Buta terhadap Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Sidoarjo. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FS UM.
Jingga. 2012. Yuk Menulis Yuuuk: Diary, Cerpen, Puisi, & Naskah Drama.
Jabrohim, Sayuti, S. A., dan Anwar, C. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mujiran, P. 2002. 10 Tahun Belajar Menulis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pararuk, I.N. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen berdasarkan Pengalaman Diri Sendiri melalui Strategi Mind Mapping Siswa Kelas X-6 SMA Negeri 1 Talun.  Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FS UM.
Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.
Sofyan, B. 2012. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen melalui Media Rekaman Lagu pada Siswa Kelas X-4 SMAN 2 Batu.  Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FS UM.
Stanton, R. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumardjo, J. 2004. Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Cerita Pendek. Bandung: Pustaka Latifah.
Suroto.1989. Teori dan Bimbingan: Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Sudjana, N. dan Ahmad R. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.


[1] Putri Raflessia adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia angkatan 2009 Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi dengan judul yang sama program sarjana pendidikan.
[2] Maryaeni adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia.
[3] Sunoto adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia