TERPAKSA ATAU DIPAKSA
>>>Putri Raflessia<<<
Tangannya gemetar memegang pisau
yang berlumuran darah itu. Keringatnya pun tak henti-hentinya merembes ke
permukaan kulit ayunya. Satu meter dari sudut ruangan tempatnya menangis
menggigil, seorang laki-laki gendut setengah baya tergeletak tak berdaya
menanti ajal.
Ketika polisi datang Intan masih
saja menggigil di sudut ruangan berukuran 2X3 meter itu dan laki-laki gendut
itu telah mati. Tidak ada orang lain di sana kecuali dua mic, salon pengeras
suara musik, satu televisi layar datar untuk menampilkan lagu, sofa abu-abu,
dan satu meja di depan sofa dengan asbak yang dipenuhi kulit kacang. Polisi
mengambil pisau di tangan Intan dan memasukkannya ke kantong plastik, lalu
menyelimuti tubuh Intan yang setengah telanjang dengan kelambu dan memborgol
tangannya untuk kemudian Intan dibawa ke kantor polisi.
*****
“Aku tidak bersalah Pak…sungguh ini
bukan salahku.” Bibir Intan gemetar ketika menjawab pertanyaan dari Polisi.
“Pisau itu ada di tanganmu, tidak
ada orang lain di sana, bagaimana bisa kau bilang kau bukanlah pelakunya?”
“A…Aku…”
“Ceritakan Kejadiannya, kenapa kau
membunuhnya?”
“Di..dia…dia yang salah, bukan aku
pembunuhnya Pak.”
Satu prinsip yang selalu Intan
pegang ketika dia memutuskan mencari uang dengan menemani laki-laki yaitu dia
tidak akan menyerahkan keperawanannya.
“Kau mahasiswa kenapa kelakuanmu
seperti ini? Menjadi pembunuh dan menjadi wanita malam.”
Intan tersenyum getir “Sudah
kubilang bahwa aku bukan pembunuhnya pak! Dan menjadi wanita malam, apa peduli
bapak?”
“Kalau bukan kamu lantas siapa? Kau
daritadi hanya bilang tidak membunuhnya. Dasar memang orang seperti kau ini…”
“Apa? Jalang? Nakal? Teruskan
perkataan bapak! Laki-laki gendut tadi apakah teman bapak?”
“Bukan”
“Dia Polisi! Jika dia seperti itu,
apa sangat hina jika mahasiswa seperti aku?”
“….”Polisi itu masih diam menunggu
kalimat berikutnya yang diucapkan oleh Intan.
“Aku ingin tetap perawan meski seperti ini”
“HAHAHAHHAAHAHAHAHAH…………”Polisi itu
terbahak-bahak.
“Apa?”
“Dan kini kamu akan bilang kalau
kamu masih perawan?”
“Hahahahahahahaahaha……….memang tak
banyak orang percaya kalau seseorang yang bekerja seperti aku masih perawan, aku tidak kaget karena itu
adalah label permanen bagi orang seperti kami. Begitu pula polisi, guru,
menteri mereka juga punya label permanen BAIK. Bukankah begitu bapak?”
“Cepatlah cerita! Kalau kau memang
bukan pembunuhnya cepat cerita! Aku tidak mau dengar omong kosongmu itu!”
“Dia membunuh dirinya sendiri!”
“Jangan membual atau urusan akan semakin panjang.”
“Aku berkata jujur Bapak!”
“….”Polisi itu masih diam menunggu
kalimat berikutnya yang diucapkan oleh Intan.
“Aku sudah bilang padanya ketika
aku akan menemaninya, bahkan sebelum hari ini, karena aku telah mengenalnya
satu bulan yang lalu. Aku bilang bahwa dia boleh saja menyentuhku, menyentuh
kakiku, tanganku, mencium wajah atau bibirku, memegang payudaraku, paha atau
apapunlah tapi satu hal bukan itu.”
“…”
“Dan malam ini, dia sangat bodoh! Dia
meminta itu, dia memaksaku, dia akan memperkosaku”
“Perkosa?”Polisi itu meringis geli.
“Oke! Memang kata perkosa hanya
untuk wanita baik-baik yang dipaksa tapi aku bukan orang baik-baik itu”
“Cepat teruskan ceritamu!”
“Aku mengeluarkan pisau itu dari
dalam tasku, pisau yang memang selalu aku bawa untuk menjaga keperawananku! Benar aku tidak bermaksud
untuk membunuhnya. Dia berusaha memelukku ketika pisau itu masih ditanganku dan
darah segar mengalir dari tubuhnya.”
“Jadi kau yang membunuhnya, itu
sudah jelas.”
“Selalu, selalu saja orang melihat
hasil akhir tidak pernah melihat proses. Dia yang bersalah, bukan aku Bapak! Pisau
itu aku yang pegang, tapi dia yang menerjang karena ingin menyetubuhiku, dia
mati karena dirinya dan bukan aku pembunuhnya Bapak!”
“Kau! Pembunuh, di sini kau adalah
Pembunuh!”
“Aku bukan pembunuh, aku bukan
pembunuh! Pisau itu milikku tapi aku bukanlah pembunuh!” Intan meraih pistol
yang tergeletak di meja dan mengarahkannya kepada polisi itu.
“Aku bukan pembunuh Pak! Tapi jika
Bapak ingin aku menjadi pembunuh maka Bapak adalah orang pertama yang akan saya
bunuh.”
Dalam keheningan malam itu terdengar
bunyi pistol yang ditembakkan Intan kepada polisi Darso. Intan dimasukkan ke
dalam sel penjara karena telah membunuh Polisi Darso dan tuduhan membunuh
laki-laki gendut di tempat karaoke.