Jumat, 27 Juni 2014

TENTANG PERTAMBAHAN USIA

TENTANG PERTAMBAHAN USIA


Bahwa setiap pertambahan diikuti oleh perubahan. Tapi jangan pernah lupa apa yang tidak pernah berubah di sekitar kita. Mungkin ketika kau kecil di saat ulang tahunmu hadiah berharga datang dari ayah, mama, dan kakak atau siapapun yang serumah denganmu. Hanya kado itu yang kamu harapkan. Layaknya aku yang selalu saja menanti subuh di tanggal 27 Juni untuk melihat jejeran kado terhias di atas meja belajar.
Apa Aja bungkusnya yang penting makna yang terkandung

Sempat menerjunkan air mata


Lalu waktu berganti, musim berganti pertambahan usia masih dinanti. Lalu ketika sempat pergi dari rumah untuk menempuh ilmu kau mengharap ingatan kuat dari keluarga untuk sekadar ucapan. Namun, terkadang ucapan itu tak menjadi cukup spesial karena engkau lebih menginginkan ucapan dari seorang lelaki yang baru muncul pada kehidupan tanpa permisi. 

Lalu waktu berganti, musim berganti pertambahan usia masih dinanti. Kau kembali ke rumah dengan usia pantas menikah lelaki yang pernah datang tanpa permisipun lenyap pula tanpa permisi. Beberapa mereka lalu lalang dan hilang. Tetap di rumahmu ada seorang mama dan seorang papa yang penuh dengan ingatan pertambahan usiamu. Bahkan ketika saat itu engkau tak mengharap kado dan ataupun ucapan, mereka masih tetap ingat dan menjalankan ritual ulang tahun masa kecilmu di rumah tanpa kau duga.

Mereka tak pernah berjanji untuk selalu mengingatmu dan mengukir dirimu di hati mereka tapi mereka lakukan itu. Mereka tetap ada walau waktu berganti dan beberapa pujaan pergi. Terima kasih untuk menjadi pribadi yang tetap tak berubah meskipun usia harus dilihat tengadah

Jumat, 20 Juni 2014

KENAPA KAU BERHIJAB?

KENAPA KAU BERHIJAB?


Pernah kau bertanya sebuah pertanyaan sederhana kepadaku. Bahkan aku tak tahu bagaimana rautmu ketika melemparkan pertanyaan itu karena kita dihubungkan oleh sinyal mahabaik di setiap malam waktu itu.

"Lantas mengapa dari memakai rok pendek, kemudian rok panjang, dan selanjutnya kau memutuskan berhijab." mungkin saja keningmu saat itu sedang mengkerut menebak-nebak jawabanku.

"Pengen." Kata spontan yang selalu saja aku lontarkan sesuai dengan isi hatiku.

"Hanya pengen?" tampak sekali kau tidak puas dengan jawabanku

--lantas apakah kau berkeinginan aku menjawab aku mencintaimu lantas aku berhijab?-- kata itu tertahan di tenggorokanku. Hanya senyumku yang merekah dan jika sinyalpun mampu mengantarkannya kau pasti juga tahu kalau aku sedang tersenyum

"Kau lebih cantik berhijab. Aku lebih senang melihatmu berhijab."

"Terima kasih." Walau mungkin aku ingin sekali jejingkrakkan tapi aku memilih tersenyum elegan menunjukkan rasa bahagia atas pujianmu.