Ketika jodoh dipaksa datang apakah ia sebenarnya jodoh?
Mungkin kau terlalu santai menghadapi hal pasti yang bernama
jodoh. Jodoh memang pasti datang, tetapi tak seorang pun tahu pasti kapan
jodohnya datang.
Tanpa kita bilang mau, usia akan terus mengikuti kita. Seakan
setiap harinya kau berandai jika saja hanya kau yang bertambah tua bukan orang
tuamu. Alangkah bahagia mereka bisa menemanimu setiap waktu. Akan tetapi, itu
hanya sebatas pengandaian yang tak pernah hadir dalam nyata.
Hidup itu indah. Berjuta orang bahkan menggumamkan setiap
detiknya. Lantas kau tetap memilih sendiri untuk menikmati hidupmu. Bukan hal
yang salah semestinya, tetapi kamu jelas terlalu egois.
Paling tidak ada dua manusia yang selalu ada dan selalu
memikirkan nasibmu jika mereka tak ada kelak. Manusia itu yang paling tak rela
jika nantinya kau sebatang kara. Menagihlah mereka kepadamu seorang calon
pendamping hidupmu.
Mungkin kau telah memikirkannya. Mungkin kau telah berupaya
mencari. Mungkin kau telah berupaya meraih.
Upayamu sebatas yang kau inginkan.
Apakah pernah kau menerima seseorang yang disodorkan di
hadapanmu? Apakah pernah kau membuka hati sepenuhnya atas orang yang tidak kau
inginkan? JAWABANNYA TIDAK.
Padahal mungkin beberapanya adalah kebutuhanmu yang kau
tolak demi meraih keinginanmu. Menurutmu kau tak pernah menutup hati. Setiap pesan
kau jawab walau singkat. Tapi tak pernah bisa kau pungkiri kau membentengi hati
dengan keinginanmu.
Lalu jika benteng itu roboh karena sebuah keterpaksaan
kedatangan jodoh yang tergopoh-gopoh apakah ia sebenarnya jodoh? Ketika dua
malaikat penjagamu mempercayakanmu pada sosok jodoh yang tergopoh-gopoh maka ia
tetap sebenarnya jodoh. Tuhan yang memilihkanmu dua malaikat penjaga sebagai
ayah dan ibu, lantas ketika mereka memilihkan malaikat penjaga untukmu nantinya
maka ia sebenarnya jodoh.
Kediri, 25 Februari 2016