Kamis, 20 Februari 2014

TERPAKSA ATAU DIPAKSA



TERPAKSA ATAU DIPAKSA
>>>Putri Raflessia<<<

Tangannya gemetar memegang pisau yang berlumuran darah itu. Keringatnya pun tak henti-hentinya merembes ke permukaan kulit ayunya. Satu meter dari sudut ruangan tempatnya menangis menggigil, seorang laki-laki gendut setengah baya tergeletak tak berdaya menanti ajal. 

Ketika polisi datang Intan masih saja menggigil di sudut ruangan berukuran 2X3 meter itu dan laki-laki gendut itu telah mati. Tidak ada orang lain di sana kecuali dua mic, salon pengeras suara musik, satu televisi layar datar untuk menampilkan lagu, sofa abu-abu, dan satu meja di depan sofa dengan asbak yang dipenuhi kulit kacang. Polisi mengambil pisau di tangan Intan dan memasukkannya ke kantong plastik, lalu menyelimuti tubuh Intan yang setengah telanjang dengan kelambu dan memborgol tangannya untuk kemudian Intan dibawa ke kantor polisi.

*****

“Aku tidak bersalah Pak…sungguh ini bukan salahku.” Bibir Intan gemetar ketika menjawab pertanyaan dari Polisi.

“Pisau itu ada di tanganmu, tidak ada orang lain di sana, bagaimana bisa kau bilang kau bukanlah pelakunya?”

“A…Aku…” 

“Ceritakan Kejadiannya, kenapa kau membunuhnya?”

“Di..dia…dia yang salah, bukan aku pembunuhnya Pak.”

Satu prinsip yang selalu Intan pegang ketika dia memutuskan mencari uang dengan menemani laki-laki yaitu dia tidak akan menyerahkan keperawanannya

“Kau mahasiswa kenapa kelakuanmu seperti ini? Menjadi pembunuh dan menjadi wanita malam.”

Intan tersenyum getir “Sudah kubilang bahwa aku bukan pembunuhnya pak! Dan menjadi wanita malam, apa peduli bapak?”

“Kalau bukan kamu lantas siapa? Kau daritadi hanya bilang tidak membunuhnya. Dasar memang orang seperti kau ini…”

“Apa? Jalang? Nakal? Teruskan perkataan bapak! Laki-laki gendut tadi apakah teman bapak?”

“Bukan”

“Dia Polisi! Jika dia seperti itu, apa sangat hina jika mahasiswa seperti aku?”

“….”Polisi itu masih diam menunggu kalimat berikutnya yang diucapkan oleh Intan.

“Aku ingin tetap perawan meski seperti ini”

“HAHAHAHHAAHAHAHAHAH…………”Polisi itu terbahak-bahak.

“Apa?”

“Dan kini kamu akan bilang kalau kamu masih perawan?”

“Hahahahahahahaahaha……….memang tak banyak orang percaya kalau seseorang yang bekerja seperti aku masih perawan, aku tidak kaget karena itu adalah label permanen bagi orang seperti kami. Begitu pula polisi, guru, menteri mereka juga punya label permanen BAIK. Bukankah begitu bapak?”

“Cepatlah cerita! Kalau kau memang bukan pembunuhnya cepat cerita! Aku tidak mau dengar omong kosongmu itu!”

“Dia membunuh dirinya sendiri!”

“Jangan membual atau urusan akan semakin panjang.”

“Aku berkata jujur Bapak!”

“….”Polisi itu masih diam menunggu kalimat berikutnya yang diucapkan oleh Intan.

“Aku sudah bilang padanya ketika aku akan menemaninya, bahkan sebelum hari ini, karena aku telah mengenalnya satu bulan yang lalu. Aku bilang bahwa dia boleh saja menyentuhku, menyentuh kakiku, tanganku, mencium wajah atau bibirku, memegang payudaraku, paha atau apapunlah tapi satu hal bukan itu.”

“…”

“Dan malam ini, dia sangat bodoh! Dia meminta itu, dia memaksaku, dia akan memperkosaku”

“Perkosa?”Polisi itu meringis geli.

“Oke! Memang kata perkosa hanya untuk wanita baik-baik yang dipaksa tapi aku bukan orang baik-baik itu”

“Cepat teruskan ceritamu!”

“Aku mengeluarkan pisau itu dari dalam tasku, pisau yang memang selalu aku bawa untuk menjaga keperawananku! Benar aku tidak bermaksud untuk membunuhnya. Dia berusaha memelukku ketika pisau itu masih ditanganku dan darah segar mengalir dari tubuhnya.”

“Jadi kau yang membunuhnya, itu sudah jelas.”

“Selalu, selalu saja orang melihat hasil akhir tidak pernah melihat proses. Dia yang bersalah, bukan aku Bapak! Pisau itu aku yang pegang, tapi dia yang menerjang karena ingin menyetubuhiku, dia mati karena dirinya dan bukan aku pembunuhnya Bapak!”

“Kau! Pembunuh, di sini kau adalah Pembunuh!”

“Aku bukan pembunuh, aku bukan pembunuh! Pisau itu milikku tapi aku bukanlah pembunuh!” Intan meraih pistol yang tergeletak di meja dan mengarahkannya kepada polisi itu.

“Aku bukan pembunuh Pak! Tapi jika Bapak ingin aku menjadi pembunuh maka Bapak adalah orang pertama yang akan saya bunuh.”

Dalam keheningan malam itu terdengar bunyi pistol yang ditembakkan Intan kepada polisi Darso. Intan dimasukkan ke dalam sel penjara karena telah membunuh Polisi Darso dan tuduhan membunuh laki-laki gendut di tempat karaoke.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar