Rabu, 18 Desember 2013

ARDAN BILANG SAYANG?


 ARDAN BILANG SAYANG?
>>>Putri Raflessia<<<


Rasanya marahan sama orang pendiem, cuek bebek, dan super jengkelin itu nggak enak. Nggak bakalan dianggep dan bakalan didiemin sampai kita nyerah dan kangen sama dia. Andai nggak ada perasaan apa-apa pasti Rea bakalan betah nggak menghubungi cowok super cuek bebek macam Ardan. Seminggu yang lalu dia mengirimkan SMS dengan nada marah kepada Ardan dan hanya ditimpali dengan kata maksudnya.
Menunggu sehari…dua hari…tiga hari…satu minggu dan akhirnya Rea tetap saja kalah dalam pertempuran diam dan memendam rindu. Ponsel hitam itu kemudian mengirimkan satu kata ke ponsel Ardan “Sibuk?” dan si cuek bebek lalu mengirimkan kata yang tidak lengkap penulisannya “Nggak,,”

Mulut Rea manyun, padahal dia sudah hafal betul sikap Ardan, cara SMS Ardan, dan cara bicaranya tapi kadang dia bisa sebel banget dengan cowok itu. Beberapa kali dia mencubit bonekanya untuk mewakili mencubit Ardan. Dan beberapa saat kemudian sinyal telah disibukkan untuk mengantarkan suara mereka lewat percakapan. 

Rea telah menyiapkan skenario perbincangan jika Ardan menanyakan kenapa dia marah? Atau apa maksud SMS bernada marah itu? Mulai dari cara bertanya kepada Ardan dan cara menimpali jawaban Ardan nantinya. Tetapi skenario itu tidak berjalan mulus sehingga kasus marahan ditutup.

“Kamu masih ingin ciuman?”

Alis Rea naik disusul dengan tersenyum. Kenapa Ardan menanyakan ini kembali?

“Kenapa kamu tanya soal ciuman lagi. Kamu mungkin yang ingin ciuman?”

“Kadang kala.”

“Kenapa tebakanku selalu benar?”

“Kenapa kamu Ge-eR?”

“Bukan Ge-eR tapi Pe-De.”

Bicara dengan Ardan memang nggak bisa nyiapin skenario. Topik yang akan dibicarakan pun tidak dapat diprediksi. Dan belajar dari pengalaman sebelumnya Rea menghafal cara Ardan bicara dan menimpali pertanyaan.

“Atas apa kamu melarangku pacaran? Khawatir…kemanusiaan…nggak rela…atau apa?”
Terdengar Ardan tertawa sebentar. “Sekarang, apa yang kamu inginkan dari pacaran?”

“Kenapa kamu tanya lagi tentang ini, saya sudah menjawabnya.” 

Jengah. Rea terlalu jengah mengulangi kalimat yang sama, topik yang sama, dan juga pembahasan yang berulang-ulang.

“Jawab Mas…”

“Khawatir.” Jawaban itu pendek dan sangat datar. 

“Kenapa kamu khawatir dengan saya?”

Ardan terdiam. Rea menunggu jawaban dari mulut Ardan yang tak kunjung keluar. Lelaki itu selalu saja membuatnya gemas, jengkel, dan membuatnya cemberut tetapi Rea merindukannya. 

“Kenapa, kenapa, kenapa, kenapa?” pertanyaan itu layaknya petasan yang merentet.

“Apa…sih sayang?”

Rea seketika terdiam. Jantungnya berdebar begitu keras, darahnya berdesir, matanya melotot, dan mulutnya benar-benar tidak dapat dibuka. Kata itu terlalu membuatnya tersentak. Setelah sebelumnya samar-samar Rea mendengar kalau Ardan akan menjadikannya pacar tetapi ketika dia menyuruh Ardan mengulangi kata-katanya dia bilang nggak jadi, lupakan. Dan sekarang dia dipanggil sayang, bukan samar-samar. Atau mungkin Rea hanya ke Ge-eR an untuk ke sekian kalinya.

2 komentar:

  1. sbenarnya ardan mencintai rea shingga dia gk mau kehilangannya tapi dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya itu kepada rea ataw dia malu untuk mengungkapkan perasaannya kepada rea.
    ataw juaga dia trlalu cuek untuk itu dengan tk usah mrngungkapkan perasaannya kepada rea.

    BalasHapus