MALAM MINGGU KELABU
>>>Putri Raflessia<<<
Sabtu pagi. Rea mengutuki hari ini. Mamanya memang terlalu
khawatir karena anak gadisnya tak kunjung punya pacar. Meskipun Rea selalu
bilang mengenai Ardan yang begini atau Ardan yang begitu. Bukan hanya mama Rea
yang bingung mencarikan dia pacar melainkan seluruh keluarganya. Yuup salah
satunya adalah tantenya.
Menurut kabar seorang lelaki bakalan datang ke rumah untuk
berkenalan dengan Rea. Kalau tidak Sabtu malam ya Minggu malam. Itu sebabnya
Rea mengutuki hari Sabtu ini dia nggak ingin waktu berjalan dengan cepat.
Tetapi waktu tetap berjalan dengan sangat cepatnya hingga menggelarkan tirai
hitam pada kanvas biru awan di pagi hari. Setiap menit yang bergulir selalu saja membuatnya waspada.
“Jangan ditutup pintunya kalau belum jam sembilan malam.”
Mama mengoceh tanpa melihat Rea yang dari tadi perhatian sekali dengan jam
dinding di atas televisi.
“Kalau dingin.”
Kini mama menoleh ke arah Rea. Rea melihat mama dengan muka
memelas seakan berteriak SAYA BELUM RELA
“Boleh ditutup tapi lampunya jangan dimatikan dulu,
gordennya jangan ditutup.”
Mama ngeloyor pergi ke kamar. Seratus persen kemungkinan
mama menarik selimutnya dan bersegera meraih bunga tidur. Rea mengutuki jam dinding
yang berjalan sangat lambat. Kenapa waktu pagi berjalan sangat cepat dan
sekarang setelah jam 8 malam berjalan dengan sangat lambat. Rea mematikan televisi,
menutup pintu tanpa mematikan lampu dan tanpa menutup gorden, masuk ke dalam
kamar lalu mulai menyalakan laptopnya.
Beberapa kali Rea melihat jam di pojok bawah laptop kemudian
ia samakan dengan jam di dua ponselnya lalu ia mulai mendesah, mencak-mencak di
kasurnya, mencubiti bonekanya, dan mengepalkan tangannya. Beberapa kali Rea
melakukan hal yang sama. Jam 8.30 Rea masih saja mencak-mencak, bolak-balik
berjalan agar mamanya risih. Mama Rea memang belum sepenuhnya tidur apalagi Rea
selalu bolak-balik melewati pintu kamarnya.
Muka Rea memelas di depan pintu kamar mamanya, “Belum boleh
ditutup pintunya dan mematikan lampu?”
“Jam berapa sekarang?”
“Jam 8.45” Rea mencubiti kukunya sendiri.
“Ya udah, tutup aja…”
Rea ngeloyor pergi, sumringah, dan segera melakukan apa yang
ingin ia lakukan sejak tadi. Hari Sabtu selesai dan semoga juga hari Minggu
nggak datang jalangkung, doa Rea.
Kali ini dia menatap ponsel hitamnya. Dia ingin menenangkan
hatinya dengan suara Ardan. Tetapi malam itu memang bukan malam minggu yang
bersahabat. Sinyal yang sangat membuat kesal dan Ardan sedang sibuk menonton
bola. Lengkap sudah penderitaan di Malam Minggu itu.
Kediri, 25 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar